Keberlanjutan Kawasan Konservasi Taman Nasional Tergantung Pengelolaan Efektif

:


Oleh MC Kabupaten Bone Bolango, Rabu, 7 September 2016 | 07:53 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 524


Bone Bolango, InfoPublik – Keberlanjutan sistem kawasan konservasi tergantung pengelolaan efektif, terutama di kawasan konservasi dan kawasan sekitarnya, termasuk kawasan penyangga.

Demikian pernyataan Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (BTNBNW) Ir. Noel Layuk Allo, MM pada kegiatan lokakarya membangun rencana kelola bersama berbasis tapak di kawasan penyangga TNBNW di Gorontalo, 6-7 September 2016 bertempat di Hotel Maqna Gorontalo, Selasa, (6/9).

Ia mencontohkan, misalnya hutan lindung yang dikhususkan untuk pengelolaan daerah aliran sungai dan pengendalian erosi maupun hutan produksi, itu dikelola oleh dinas kehutanan Pemda setempat, yang bertanggung jawab kepada pimpinannya di daerah masing-masing.

Di samping itu, jelas  Noel Layuk Allo pengelolaan pada tingkat bentang alam, tergantung juga pada kerjasama yang erat antara Ditjen PHKA, instansi pusat (misalnya Balai Taman Nasional), dinas kehutanan, maupun instansi terkait lainnya baik di level provinsi maupun kabupaten.

Untuk itu, harapan besar Balai TNBNW, pemerintah Provinsi Gorontalo dan Pemkab Bone Bolango agar bisa berpartisipasi membantu Balai TNBNW, khususnya mendata dan menginventalisir desa-desa penyangga yang ada di sekitar kawasan konservasi kawasan TNBNW di Bone Bolango.

Menurutnya, khusus di Sulawesi Utara (Sulut), pihaknya sudah menetapkan satu desa penyangga TNBNW, yakni di Desa Matayangan Kecamatan Dumoga Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulut. Itu sudah ada pendamping dan sudah berjalan. Nah, kami harapkan di Bone Bolango ada satu atau lebih banyak desa penyangga, tapi kita paling utamakan satu desa penyangga dulu, untuk kita akan kembangkan di wilayah Bone Bolango.

“Jika sudah ada informasi tentang desa penyangga, nanti akan kita buat rencana kerja bersama yang berbasis tapak di kawasan TNBNW tersebut,”ujar Noel Layuk Allo.

Sementara itu, Field Coordinator E-PASS Elisabet Purastuti selaku panitia dan penanggungjawab kegiatan lokakarya menjelaskan bahwa kegiatan itu diikuti 45 peserta, terdiri dari instansi terkait di Pemprov Gorontalo dan Pemkab Bone Bolango, BPKH Wilayah XV Gorontalo, BPDAS Bone Bolango, BKSDA SKW III Sulut di Gorontalo, Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Limboto, KPHP Bone Bolango.

Selain itu, dari unsur perguruan tinggi Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Gorontalo, Perkumpulan Japesda, Wire G, WCS IP, dan dari unsur media, Balai TNBNW, SPTN 1 Gorontalo, Resort di SPTN I Gorontalo, E-PASS BNW, moderator, dan fasilitator.

Pemateri dalam lokakarya ini, terdiri dari Kepala UPT BPKH Wilayah XV Gorontalo, Herban Heriandana dengan materinya pemantapan kawasan hutan dan pengelolaan KPH dalam mendudkung pengelolaan bersama kawasan penyangga TN Bogani dan Nani Wartabone.

Selanjutnya, Kepala Balai TNBNW Noel Layuk Allo dengan materi strategi kebijakan dan implementasi pengelolaan bersama di daerah penyangga TNBNW, dan materi berikutnya yakni impelemtasi kebijakan pengelolaan bersama wisata alam di TNBNW Provinsi Gorontalo yang disampaikan Dr. Irwan Bempah, M.P selaku dosen dari UNG, dan materi terakhir disampaikan oleh unsur WCS IP. (MC.Kab.Bone Bolango/Hms/Kadir/Eyv)