:
Oleh Prov. Riau, Kamis, 25 Agustus 2016 | 20:08 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 190
Pekanbaru, InfoPublik - Kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) yang melanda Provinsi Riau selama belasan tahun menyedot perhatian beberapa kalangan, salah satunya peneliti dari International Governmental (Igov) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Eko Priyo Purnomo PhD.
Ia pun datang ke Riau untuk mengimpun data untuk dijadikannya bahan penelitian melalui forum group disscusion (FGD). Setidaknya ada belasan aktivis pemerhati lingkungan dan peneliti dikumpulkan untuk mendukung penghimpunan data tersebut.
"Problem kebakaran hutan di Riau ini sudah menahun, artinya ada beberapa hal yang harus benar-benar diubah," ungkap Eko, Rabu (24/8) di Hotel Aryaduta Pekanbaru.
Dari informasi yang disaringnya selama FGD, ia menemukan tiga indikator yang membuat bencana karlahut sering kali terulang dan bahkan gagap dalam penanganannya, yakni lemahnya penegakan hukum, tumpang tindih kepemilikan lahan dan minimnya alokasi anggaran.
"Hal tersebut diungkapkan kawan-kawan tadi, penegakan hukum bagi pembakar lahan di Riau sangat lemah. Nyaris selalu lolos dari peradilan," ungkap Eko.
Menurutnya, hal itu pun kembali diperburuk dengan banyaknya status kepemilikan lahan yang tumpang tindih, sehingga saat terjadi kebakaran sulit dideteksi siapa pemilik lahannya.
"Pas kebakaran nggak ada yang mau ngaku itu lahan siapa, padahal sebelumnya dipakai rebutan karena tumpang tindih kepemilikannya itu tadi," sebutnya.
Selain itu, ia menilai alokasi anggaran untuk pencegahan karlahut sangat minim. "Dana untuk pencegahan harus dialokasikan dengan tepat. Bisa menggunakan dana taktis anggaran tahun lalu," sebutnya.
Sementara itu, dikatakan oleh Dekan MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau, Juli Widiyanto, berharap hasil dari FGD tersebut dapat menghasilkan suatu hal yang dapat diterapkan di Riau untuk mencegah dan menangani karlahut.
"Kami (UMRI) disini memfasilitasi UMY yang tengah menampung informasi dan mengambil data untuk penelitiannya tentang karlahut yang menahun di Riau. Mereka akan memetakan bagaimana kerja lintas sentoral disini. Mudah-mudahan hasil penelitian tersebut bisa diaplikasikan secara nyata," tandasnya.(MC Riau/rat)