Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Harus Kontekstual

:


Oleh MC Provinsi Jawa Tengah, Jumat, 22 April 2016 | 10:20 WIB - Redaktur: Tobari - 283


Semarang, InfoPublik - Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP membuka secara resmi Pelatihan untuk Pelatih atau Training of Trainers (ToT) Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, kerjasama antara MPR dengan Universitas Diponegoro, di Hotel Santika Premiere Semarang, Kamis (21/4).

ToT yang diikuti oleh 100 dosen dari 17 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Jawa Tengah tersebut,  berlangsung dari 21-24 April 2016.

Hadir dalam pembukaan, Pimpinan Badan Sosialisasi MPR Eddy Prabowo, anggota MPR Hermanto, anggota MPR Bowo Sidiq Pangarso, serta Rektor Universitas Diponegoro Prof Yos Johan Utama.

Ganjar mengatakan sosialisasi empat pilar kebanggsaan yang didalamnya ada Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, sangat diperlukan untuk menangkal dan mempersempit munculnya gagasan ideologi-ideologi baru.

Sebab, ideologi kesatuan yang dipakai bangsa dan negara Indonesia saat ini merupakan konsensus politik yang sudah disepakati oleh banyak pihak yang mendirikan negara ini. Sehingga tidak ada lagi ruang diskusi untuk itu.

“Ketika ruang itu kita persempit. Maka atas nama demokrasi itu bergejolak. Buat saya, mohon maaf kalau itu sudah selesai tidak ada lagi untuk itu,” katanya saat memberikan sambutan.

Gubernur menjelaskan pada saat republik ini lahir, banyak dasar negara pernah dicoba, seperti kesatuan maupun federal. Namun, pada akhirnya dasar negara kembali kepada kesatuan. Karenanya, dalam melakukan sosialisasi empat pilar dia meminta untuk tidak mengesampingkan sejarah berdirinya NKRI.

“Kita pernah RIS, kita pernah serikat, pernah federal dan kemudian tidak bertahan lama. Bahkan badan konstituante gagal membentuk konstitusi baru, sampai kemudian keluar UUD sementara. Tidak bisa juga, akhirnya dekrit keluar, artinya kembali. Jadi republik ini pernah kesatuan pernah federal dan kembali kesatuan,” urainya.

Lebih lanjut, Ganjar meminta sosialisasi empat pilar harus dilakukan dengan cara kontekstual. Sebab, sosialisasi secara tekstual biasanya akan gagal dicerna secara gampang bagi masyarakat yang masih meragukan dasar negara kita.

Sementara itu, Pimpinan Badan Sosialisasi MPR Eddy Prabowo mengatakan ToT ini merupakan salah satu upaya anak bangsa bersama-sama berembuk mencari solusi kebangsaan untuk bangsa Indonesia yang saat ini sedang diuji banyak masalah dengan munculnya aliran-aliran baru.

Eddy mengaku tugas sosioalisasi empat pilar yang diemban MPR sangat sulit dilakukan mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas tidak semuanya dijangkau oleh MPR.

Sehingga perlu memperluas kerjasama banyak pihak, salah satunya perguruan tinggi, agar terlahir ahli-ahli yang dapat menyampaikan semangat empat pilar sampai ke lapisan paling bawah.

“Kalau kita akan laksanakan sendirian, saya yakin dengan luas wilayah yang begitu besar 530 kabupaten/kota seluruh indonesia, 34 provinsi dengan jangkauan dari ujung ke ujung lebih dari delapan jam dengan naik pesawat, kami sangat yakin tidak akan mungkin menjangkau itu. Maka kerjasama ini harus diperluas sampai ke perguruan tinggi, bahkan guru-guru SMA,” katanya. (humas jateng/Mcjateng/toeb)