Jualan Wisata Harus Hiperbolis

:


Oleh MC Provinsi Jawa Tengah, Kamis, 21 April 2016 | 10:55 WIB - Redaktur: Kusnadi - 580


Semarang, InfoPublik – Narsisme masyarakat untuk berfoto di berbagai lokasi menarik adalah peluang emas untuk mengembangkan pariwisata. Karenanya, pegiat pariwisata ditantang untuk berpikir kreatif menjajakan keindahan daerah masing-masing.

Itulah pesan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP kepada para pegiat pariwisata saat menjadi narasumber dialog "Tantangan Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah" bersama KOMPAS dan Bank Indonesia di Aula Lantai 1 Gedung B Lawang Sewu, Rabu (20/4).

"Saya orang yang meyakini bahwa pariwisata itu perlu teknik menjual yang hiperbolis. Kalau tekniknya biasa, nggak asyik. Minat orang dengan narsismenya saat ini berada di titik puncaknya karena ada era digital. Mereka butuh background untuk foto. Itu juga sebenarnya bagian dari wisata. Ini yang coba kita jual," terangnya.

Ganjar mengakui, pemasaran pariwisata di Jawa Tengah kurang maksimal. Popularitas Borobudur sebagai salah satu warisan dunia, imbuhnya, tidak lantas berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

"Marketing wisata kita masih kurang. Borobudur yang sudah ngawentar saja masih belum terkenal kok. Orang kenal tapi belum mengunjungi. Bandingkan dengan Angkor Watt. Kita perlu effort untuk mengenalkan secara lebih baik," tegas orang nomor satu di Jawa Tengah itu.

Ganjar berharap , pola pengelolaan pariwisata bisa terintegrasi dengan banyak kanal. PHRI misalnya, tidak hanya bisa menghubungkan kanal antarhotel berbintang, tapi juga hotel kelas melati dan wisma-wisma dengan standar yang layak.

"Bagaimana standar yang diperlukan agar homestay di desa wisata itu toiletnya bagus, cara menata sprei yang bagus, hingga cara untuk menyajikan food and beverage yang baik," terangnya. (humas jateng/Mcjateng/Kus)