:
Oleh MC Kabupaten Sumenep, Senin, 18 April 2016 | 18:53 WIB - Redaktur: Tobari - 379
Sumenep, InfoPublik - Tahun ini bagi petani beras atau padi, khususnya di Kabupaten Sumenep, bukan merupakan tahun keberuntungan. Pasalnya, hampir sebagian besar petani padi mengalami kerugian atau yang dikenal dengan istilah tona.
Tona di sini pada hakikatnya tidak sama dengan gagal panen. Ada faktor X di balik tona. "Ya, tona bukan karena faktor cuaca atau kurangnya perlakuan petani pada tanaman. Hal itu sudah masuk pada ranah nasib,"kata Lamri, salah satu petani beras di Sumenep, pada Media Center, Senin (18/4).
Menurut Lamri, fenomena tona ditandai dengan hasil panen yang hanya berupa gabah kosong, sehingga hasil yang didapatkan petani jauh dari semestinya.
"Padahal semua petani kebanyakan pakai bibit unggul dan pupuk atau butok yang bagus," tambah warga Desa Kasengan Kecamatan Manding ini.
Penyimpangan cuaca akhir-akhir ini memang terjadi di Sumenep. Seperti kekeringan di awal musim hujan, dan kini diteruskan dengan gejala hujan sepanjang tahun. Namun, menurut Lamri, hal itu tak berpengaruh besar pada hasil panen. "Hujan justru bagus. Meski memang kadang ada padi yang rusak karena tidak langsung digiling,"katanya.
Saat ini rata-rata warga petani beras rugi lebih dari seperempat dari hasil panen. Seperti Lamri yang mengaku sekitar 6 karung yang berukuran 25 kilogram beras, hanya berisi gabah yang tidak berisi beras. "Biasanya hasil panen sekitar 18 karung,"imbuhnya.
Senada, Wasik, petani lain di Sumenep juga membenarkan, jika masa panen padi tahun ini diwarnai "tona" bagi kalangan petani. Wasik sendiri mengeluhkan hasil pertaniannya, sekitar 8 karung padi panenannya berupa gabah kosong.
"Ya, agak banyak sesama petani yang mengalami tona. Bahkan sampai ada yang puluhan karung berupa gabah kosong,"ungkap warga Desa Matanair Kecamatan Rubaru ini. ( Farhan/Esha/Fer/toeb)