:
Oleh MC Prov Gorontalo, Rabu, 6 April 2016 | 19:54 WIB - Redaktur: Tobari - 481
Gorontalo, InfoPublik - Upaya Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memperjuangkan ketersediaan listrik di Gorontalo diakui Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo. Mendagri bahkan menilai Gubernur Rusli Habibie jeli dalam memanfaatkan peluang dalam memperjuangkan listrik di daerah.
Hal ini disampaikan langsung Mendagri saat memberikan sambutan pada pembukaan Musrenbangda Provinsi Gorontalo di Ballroom Sumberia, Gorontalo, Minggu (3/4) malam.
Dikatakannya, dalam memperjuangkan listrik, Gubernur Rusli Habibie bahkan “memaksa” bertemu presiden. Ia, kata Mendagri, hanya menyampaikan kondisi listrik di Gorontalo yang banyak dikeluhkan warga.
“Saat ketemu presiden. Harus pak (bangun pembangkit), kalau tidak Gorontalo akan gelap gulita,” terang Mendagri Tjahjo Kumolo. Dari pertemuan itu didapati ternyata pengurusan izin investasi listrik di daerah ternyata cukup ribet.
Presiden kemudian memangkas berbagai persyaratan perizinan yang memberatkan. “Bayangkan pengurusan izin bisa sampai 4 tahun. Padahal bisa hanya satu atau dua minggu selesai,” terang Mendagri.
Jadilah pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Paguat, Kabupaten Pohuwato 100 Megawatt. Pembangkit listrik terbesar di Gorontalo itu hanya dibangun dalam jangkia waktu tujuh bulan. “itu kan bisa,” terang Mendagri.
Ia juga mengatakan, bila persoalan listrik di daerah harusnya bisa diselesaikan daerah atau regional. Misalnya untuk listrik Gorontalo, cukup wilayah Sulawesi. Kalau harus ke Jakarta prosesnya lama lagi,” katanya.
Seperti diketahui, krisis listrik di Gorontalo akut bertahun-tahun. Di masa pemerintahan Fadel Muhamad sebagai Gubernur, Gorontalo dibangun PLTU anggrek 2x25 MW pada tahun 2007, tapi mangkrak dan hingga kini tak kunjung selesai.
Gubernur Rusli Habibie lantas terus berupaya, hingga akhirnya PLN kembali melanjutkan pembangunan PLTU Anggrek yang ketika itu anggarannya nyaris dialihkan ke Sumatera.
Menunggu PLTU Anggrek tuntas, Gubernur memperjuangkan pembangunan PLTG langsung ke Presiden Joko Widodo. Hasilnya, pembangunan pembangkit 35.000 MW se Indonesia dimulai dari Gorontalo melalui pembangunan PLTG 100 MW dengan nilai investasi mencapai Rp 1,6 triliun.
Kendati kondisi listrik Gorontalo saat ini surplus, namun Gubernur Rusli Habibie mengatakan bukan berarti lepas dari pemadaman.
“Pemadaman bisa terjadi karena adanya gangguan jaringan, misalnya kabel listrik putus, trafo terbakar atau pengaruh alam lainnya. Itu tidak bisa dihindari. Tapi pemadaman gara-gara devisit listrik itu terjadi lagi,” terang Gubernur Rusli Habibie. (mc prov gorontalo/toeb)