:
Oleh MC Kabupaten Sleman, Senin, 25 Januari 2016 | 17:25 WIB - Redaktur: Tobari - 294
Sleman, InfoPublik - Munculnya usulan dari Forum Komunikasi Taruna Siaga Bencana Kabupaten Sleman agar materi pengurangan resiko bencana masuk dalam kurikulum sekolah, dinilai sebagai sebuah hal yang kurang tepat.
‪Penjabat Bupati Sleman Ir Gatot Saptadi menjelaskan, saat ini para pelajar di sekolah sudah dibebani banyak sekali materi pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, seperti pengetahuan tentang gender hingga pemahaman berlalu-lintas.
‪Menurutnya, butuh kajian panjang untuk membuat kurikulum baru di sekolah, sehingga alangkah lebih baik jika materi penggurangan resiko bencana dimasukkan dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah seperti pramuka, atau cukup disisipkan dalam materi pelajaran tertentu seperi ilmu alam dan geografi.
‪”Cukup diberikan pada pelajaran ekstrakurikuler sekolah seperti pramuka, kasihan siswa jika harus ditambahi kurikulumnya, beban mereka sudah cukup banyak,” jelas Gatot di Sleman, Senin (25/1).
‪Beberapa waktu lalu, dalam Forum Komunikasi Taruna Siaga Bencana Sleman muncul wacana agar materi pengurangan resiko bencana bisa masuk dalam kurikulum pendidikan di sekolah.
Apalagi wilayah Kabupaten Sleman terdapat berbagai macam potensi bencana alam yang patut diwaspadai, seperti erupsi gunung berapi, banjir lahar hujan, tanah longsor, serta angin kencang.
‪Karena wilayah Sleman memiliki potensi bencana apapun sehingga hal ini butuh penyikapan serius melalui pembentukan kurikulum khusus bencana di sekolah.(***/mc sleman/toeb)