:
Oleh MC Kabupaten Bogor, Senin, 25 Januari 2016 | 10:42 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 359
Cibinong, InfoPublik, Kurangnya kesadaran akan kebersihan dan gaya hidup masyarakat yang tidak bersih, kerap kali memicu berbagai sumber penyakit. Terlebih jika musim penghujan datang seperti saat ini, karena musim hujan merupakan waktu favorit bagi nyamuk untuk berkembang biak. Jika tidak pandai menjaga kebersihan lingkungan penyakit lebih menyerang salah satunya penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD).
Tingginya wilayah endemis DBD di Kabupaten Bogor seperti, Kecamatan Cibinong, Bojonggede, Sukaraja, Cileungsi, Citeureup, Jonggol, Gunung Putri, Ciomas, Ciampea dan Kelapanunggal. Menjadi tantangan besar bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor. Namun dalam menuntaskan permasalahan kesehatan ini perlu adanya campur tangan langsung dari masyarakat, terutama warga berada di wilayah endemis DBD.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor terus bekerja keras untuk menekan pertumbuhan kasus DBD di Kabupaten Bogor. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu cara preventif yang diterapkan Pemkab Bogor, namun dalam pelaksanaannya Pemkab Bogor tidak bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan semua elemen masyarakat.
Masyarkat dapat menerapkan PSN melalui memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,mengusir nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk, mencegah nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok, memasang kawat kassa jendela dan ventilasi, tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar, serta gunakkan sarung klambu waktu tidur
“Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bogor saat ini hanya sekitar dua ribu orang, sementara masyarakat yang harus dilayani mencapai 5,4 juta jiwa. Jelas tidak mungkin untuk melayani semuanya, perlu gotong royong antara tenaga kesehatan dengan masyarakat,” tutur Kepala Dinkes Kabupaten Bogor, Camalia W. Sumaryana saat jumpa pers, Jumat, (22/1).
Camalia menambahkan, saat ini sebagian masyarakat menganggap Fogging merupakan cara utama dalam pemberantasan DBD. Perlu diketahui bahwa asap Fogging mengandung zat insektisida yang apabila terhirup terus menerus akan mengakibatkan kematian dan merusak ekosistem disekitar lingkungan.
“Puskesmas maupun Kecamatan tidak bisa melaksanakan fogging secara sembarangan, berdasarkan prosedur harus ada intruksi dari Dinkes terlebih dahulu. Diperlukan fogger profesional untuk meracik cairan fogging karena diperlukan takaran yang pas,” tegasnya.
Untuk mengajak seluruh masyarakat peduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan, kami mengagendakan Jumat Bersih (Jumsih) yang akan melibatkan seluruh elemen mulai dari Pemkab Bogor, Camat, Lurah/Kepala Desa, RT, RW dan seluruh masyarakat. “Ajakan ini akan disosialisasikan melalui edaran dari Bupati Bogor, yang rencana akan dibagikan pada senin mendatang,” jelasnya.
Wargapun harus cermat melihat gejala yang muncul pada penderita DBD, karena gejala yang muncul saat ini dengan beberapa tahun sebelumnya memiliki perbedaan yang signifikan. Jika ada anggota keluarga atau kerabat yang mengalami demam tinggi selama dua hari dan mengalami penurunan pada hari berikutnya, masa kritis pasien dan apabila dibiarkan kemungkinan koma pada hari ketujuh akan terjadi bahkan bisa menyebabkan kematian.
“Segera bawa kerumah sakit atau puskesmas, kami telah berikan kemudahan melalui program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Fasilitas ini tentunya hanya bisa digunakan oleh masyarakat yang sudah terdaftar di BPJS, bagi yang belum terdaftar masyarakat hanya perlu memenuhi persyaratan yaitu dengan memberikan fotocopy Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP),” tuturnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) Dinkes Kabupaten Bogor, Kusnadi menghimbau, seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan program PSN dan PHBS karena beberapa kasus penyakit di Kabupaten Bogor ditimbulkan akibat lingkungan yang kotor. (Dewi/Eyv/Diskominfo Kabupaten Bogor/Wita Magang UNSOED)