:
Oleh Prov. Riau, Selasa, 12 Januari 2016 | 05:36 WIB - Redaktur: Tobari - 298
Pekanbaru, InfoPublik - Kadisperindag Provinsi Riau Firdaus meninjau pasar Agus Salim, guna memastikan ketersediaan sembako awal tahun. Pada kesempatan itu, pedagang mengeluhkan kenaikan daging ayam dan sapi yang terus bertahan usai Natal dan tahun baru.
Ijas, pedagang daging ayam yang sudah berjualan lebih dari tiga tahun, mengaku akibat kenaikan harga daging ayam dan sapi tersebut, sangat berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. "Pasti berpengaruh, dan memang berdampak pada penjualan," katanya kepada Kadisperindag Provinsi Riau Firdaus, Senin (11/1).
Ijas mengaku heran, biasanya pasca natal dan tahun baru, harga daging ayam turun. Selain itu, harga pakan ternak ayam juga tak mengalami kenaikan. Tapi sebaliknya harganya justru tetap tak berubah, pasca natal 2015 lalu.
"Modal kami dengan harga ayam Rp22.000 per Kg saat ini kami jual Rp24.000 per Kg. Tak banyak kami ambil untung. Sebelumnya waktu harga Rp20.000, kami beli Rp18.000," ungkap Ijas lagi.
Tak jauh berbeda, penjualan daging sapi juga mengalami nasib serupa. Daging sapi yang didatangkan dari Lampung mengalami kenaikan Rp10.000 dari Rp110.000 harga sebelumnya. Menurutnya, daging sapi itu pun bukan daging lokal melainkan sapi brahman dari Australia yang dipasok melalui Lampung.
"Kalau harga sapi lokal mahal bang, biasanya kitakan kalau daging luar mahal kita ngambil lokal," ungkap Andi.
Selain itu, menurutnya, ketersediaan daging sapi asal Sumbar yang biasa menjadi pilihan karena lebih murah, tak bisa didatangkan. Menurutnya, karena provinsi tetangga itu juga sedang berupaya memenuhi kebutuhan daging mereka.
"Sebelumnya harga daging Rp110.000, sekarang jadi Rp120 per Kg. Tak ada daging lokal, kita ambil dari Lampung. Itu pun sapi brahman," ujar Andi, seorang pedagang daging sapi.
Sementara, Kadisperindag Riau Firdaus mengaku akan memanggil para pemasok, baik daging ayam mau pun sapi, terkait terkait kenaikan harga tersebut. Firdaus belum berani berspekulasi apakah karena ada permainan di lapangan.
Karena itu, keluhan dari pedagang tersebut jadi bahan pertimbangan langkah apa selanjutnya yang akan dilakukan. "Kita belum berani pastikan apakah memang ada permainan, tapi tentunya nanti kita panggil dulu apa yang terjadi hingga kenaikan terjadi," ungkap Firdaus.
Terkait minimnya pasokan daging sapi dari lokal, Firdaus juga berharap ke depan bagaimana ketersediaan sapi lokal bisa memenuhi kebutuhan di Riau. Sehingga, ketersediaan daging lokal di Riau tak lagi bergantung dengan provinsi lain seperti Lampung dan Sumatera Barat.
"Memang solusinya kita harus memikirkan bagaimana ketersediaan daging di Riau berasal dari lokal sendiri. Bagaimana caranya, tentu ke depan harus ada sinergitas dan kerja keras untuk menjadi swasembada daging minimal untuk daerahnya sendiri," ungkap Firdaus. (MC Riau/mtr/toeb)