Makna Mendalam di Balik Pemberian Kain Bentenan untuk Presiden Prabowo

: Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, saat menghadiri puncak Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (28/12/2024).


Oleh Wandi, Sabtu, 28 Desember 2024 | 21:21 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 193


Jakarta,, InfoPublik - Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, menyerahkan cinderamata berupa Kain Bentenan kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, saat menghadiri puncak Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (28/12/2024).

Kain Bentenan adalah wastra khas asal Sulawesi Utara, tepatnya dari Minahasa. Pemberian kain ini merupakan simbol apresiasi kepada Kota Manado, yang awalnya direncanakan menjadi tuan rumah Perayaan Natal Nasional 2024.

“Meskipun akhirnya puncak Perayaan Natal Nasional tahun ini dipindahkan ke Jakarta, penghargaan ini tetap merefleksikan penghormatan terhadap semangat dan kontribusi masyarakat Sulawesi Utara,” ungkap Koordinator Bidang Media dan Dokumentasi Panitia Natal Nasional 2024, Prita Laura.

Prita juga menjelaskan bahwa penghargaan ini memiliki makna khusus yang erat kaitannya dengan sejarah pribadi Presiden Prabowo Subianto.

“Di mana Ibunda Bapak Prabowo Subianto berasal dari Sulawesi Utara. Hal ini semakin mempererat ikatan kebangsaan yang menghormati keberagaman budaya dan sejarah daerah,” tambah Prita.

Pemberian Kain Bentenan dilakukan oleh Mgr. Antonius Subianto saat menyambut kedatangan Presiden Prabowo di lokasi acara. Simbol ini menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari kekayaan nasional.

Dalam tradisi masyarakat Minahasa, Kain Bentenan memiliki fungsi sakral yang digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pembangunan rumah, penentuan masa tanam, hingga saat berperang. Wastra ini juga memainkan peran penting dalam upacara daur hidup, termasuk untuk menyelimuti bayi yang baru lahir, dikenakan pada pernikahan, hingga digunakan dalam upacara kematian.

Namun, Kain Bentenan sempat menghilang dari peredaran sebelum akhirnya kembali dikembangkan dan diproduksi secara komersial. Upaya ini menjadi langkah penting dalam melestarikan warisan budaya Nusantara. Kain Bentenan kini dibuat menggunakan pewarna alami dari tumbuhan lokal, seperti pohon Taun, Lelenu, Sangket, dan Semak Lenu.

Kain ini juga dikenal dengan ragam motifnya yang khas, di antaranya Tonilama, Kokera, Pinatikan, Sinoi, Tinontom Mata, Tinompak Kuda, dan Kaiwu Patola, yang masing-masing memiliki cerita dan filosofi tersendiri.

Puncak Perayaan Natal Nasional 2024 berlangsung meriah di Indonesia Arena, kompleks Gelora Bung Karno, Senayan. Acara ini dihadiri oleh sekitar 12 ribu jemaat dari berbagai gereja di wilayah Jabodetabek, serta Aparatur Sipil Negara (ASN), anggota TNI, Polri, dan BUMN.

Momentum ini menjadi ajang kebersamaan umat Kristiani untuk merayakan kasih dan damai Natal, sekaligus memperkuat semangat keberagaman dan persatuan bangsa.

Penyerahan Kain Bentenan sebagai simbol penghargaan budaya tidak hanya mempertegas makna Natal sebagai perayaan kasih, tetapi juga menegaskan pentingnya menjaga dan menghormati warisan budaya lokal sebagai bagian dari identitas nasional.

 

Berita Terkait Lainnya