Senin, 28 April 2025 15:34:42

Deep Learning: Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia di Era Digital

: Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat (Foto: Dok Kemendikdasmen)


Oleh Pasha Yudha Ernowo, Selasa, 18 Februari 2025 | 19:19 WIB - Redaktur: Untung S - 202


Jakarta, InfoPublik – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menekankan bahwa deep learning bukan sekadar metode atau kurikulum baru, tetapi merupakan paradigma yang harus diadopsi dalam sistem pendidikan nasional.

Deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, bukan sekadar hafalan. Kita ingin anak-anak kita tidak hanya membaca, tetapi memahami, tidak hanya menghitung, tetapi menganalisis, tidak hanya menghafal, tetapi mampu menerapkan dan berinovasi,” ujar Wamen Atip, dalam kuliah umum yang bertajuk “Deep Learning dalam Pendidikan Era Digital” yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Menurut Wamen Atip, pendidikan di Indonesia perlu bertransformasi agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. “Kita menghadapi era di mana perubahan terjadi dengan sangat cepat dan tidak terduga. Kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta fleksibilitas dalam menghadapi tantangan adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh generasi mendatang. Deep learning menjadi pendekatan yang tepat untuk menyiapkan peserta didik menghadapi dunia yang semakin kompleks,” tambahnya.

Wamen Atip juga menyoroti pentingnya literasi, numerasi, serta keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills atau HOTS). Ia menegaskan bahwa pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam aspek ini, terutama dalam hal pemahaman bacaan dan penerapan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

“Salah satu kelemahan utama pendidikan kita adalah banyaknya siswa yang hanya bisa membaca tanpa memahami maknanya. Dalam bahasa Arab, kita menyebutnya baru sekadar ‘iqra’, belum sampai pada ‘tilawah’ yang berarti memahami dan menginternalisasi,” jelasnya.

Selain itu, Wamen Atip juga menyoroti bahwa pendekatan deep learning akan membawa perubahan dalam hubungan antara guru dan siswa. “Selama ini, pembelajaran kita cenderung satu arah, di mana guru menjadi pusat informasi, sementara siswa hanya menerima. Dengan deep learning, kita ingin menciptakan lingkungan di mana siswa lebih aktif dalam membangun pemahamannya sendiri, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing mereka dalam menemukan jawaban,” tegasnya.

Rektor UPI, M. Solehuddin, menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mengembangkan dan menerapkan konsep deep learning di Indonesia. “UPI sebagai institusi pendidikan yang berorientasi pada inovasi memiliki tanggung jawab untuk menjadi pelopor dalam implementasi pendekatan ini. Pendidikan harus bisa menjawab kebutuhan zaman, dan deep learning adalah kunci untuk memastikan bahwa mahasiswa dan tenaga pendidik memiliki keterampilan yang relevan di era digital ini,” ungkap Solehuddin.

Beliau menekankan bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum yang baik, tetapi juga oleh cara pembelajaran disampaikan. “Seorang guru atau dosen yang baik bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga membangun pemahaman mendalam di antara peserta didik. Dengan cara ini, ilmu yang mereka peroleh bukan hanya sekadar diingat untuk ujian, tetapi dapat diterapkan dalam kehidupan nyata,” tambahnya.

Solehuddin juga membagikan pengalamannya dalam belajar, di mana ia menyadari bahwa pelajaran yang paling membekas dalam dirinya adalah yang diajarkan dengan penuh makna dan keterlibatan emosional. “Saya masih mengingat dengan jelas bagaimana seorang guru SD saya mengajarkan sebuah lagu dengan cara yang begitu mendalam. Ia tidak hanya mengajarkan liriknya, tetapi juga makna di baliknya. Hal-hal seperti inilah yang membentuk konsep deep learning, bukan sekadar menghafal, tetapi benar-benar memahami dan menginternalisasi ilmu,” tuturnya.

Wamen Atip menegaskan kembali bahwa pendidikan yang bermutu tidak hanya bergantung pada kurikulum atau materi yang diajarkan, tetapi juga pada cara mengajarkan dan interaksi antara pendidik dan peserta didik.

“Dengan pendekatan deep learning, kita bisa menciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih dinamis, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Ini adalah langkah besar bagi pendidikan Indonesia untuk menjadi lebih adaptif dan berdaya saing global,” pungkasnya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 28 April 2025 | 16:07 WIB
Mendikdasmen Dorong SMK Cetak Lulusan Siap Kerja, Kuliah, dan Wirausaha
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 28 April 2025 | 15:37 WIB
Kemendikdasmen Luncurkan Program 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas