Digitalisasi Permudah Akses Layanan Kesehatan Primer

: Ilustrasi Platform SATUSEHAT/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Senin, 2 Desember 2024 | 23:50 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 98


Jakarta, InfoPublik - Digitalisasi dalam program Integrasi Layanan Primer (ILP) dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan primer di Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Posyandu. Dalam hal ini, pemanfaatan teknologi digital mendukung penyediaan layanan kesehatan yang dapat diakses, efisien, dan adil.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi menyampaikan salah satu fokus integrasi pelayanan kesehatan primer, yaitu memperkuat pemantauan wilayah melalui digitalisasi dan dashboard situasi kesehatan perdesaan.

Kemenkes terus berupaya mendukung pemantauan digitalisasi difasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) primer. Dukungan yang diberikan mencakup penggunaan aplikasi dan platform yang terintegrasi dengan SATUSEHAT.

“Untuk pencatatan pelayanan dalam gedung Puskesmas dan Pustu dimasukkan ke dalam Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), yang terintegrasi ke platform SATUSEHAT,” kata Endang melalui keterangan resminya Senin (2/12/2024).

Kemudian, lanjutnya pencatatan hasil layanan luar gedung untuk tenaga kesehatan menggunakan Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), sedangkan untuk kader menggunakan WhatsApp.

Terdapat juga Dashboard Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang capaiannya dapat dipantau oleh pembuat kebijakan di tingkat desa, Puskesmas, kecamatan, kabupaten, kota, dan provinsi.

“Masyarakat dapat melakukan monitoring mandiri melalui SATUSEHAT Mobile,” kata Endang.

Dengan memanfaatkan teknologi digital, layanan kesehatan primer dapat meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan melalui rekam medis elektronik dan sistem informasi lainnya.

Digitalisasi turut meningkatkan ketersediaan dan akurasi informasi kesehatan melalui sistem informasi terintegrasi dan pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan.

Selain itu, upaya integrasi layanan primer lewat teknologi digital masih menghadapi tantangan. Sistem pencatatan dan pelaporan di fasyankes belum sepenuhnya terdigitalisasi dan terintegrasi.

“Belum semua daerah menerapkan digitalisasi pada sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, Pustu dan Posyandu, karena permasalahan internet, kapasitas SDM ataupun anggaran dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME)/Sistem Informasi Puskesmas,” kata Endang.

Saat ini, lanjutnya Kemenkes masih berproses dalam simplifikasi semua aplikasi yang ada menjadi lebih terintegrasi serta dalam integrasi data melalui Platform SATUSEHAT.

Untuk mendukung digitalisasi tersebut, pada menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-fisik Puskesmas tersedia dukungan anggaran untuk penyediaan internet dan Sistem Informasi Puskesmas.

Integrasi Sistem Informasi Fasyankes

Chief of Technology Transformation Office (TTO) Setiaji menambahkan berbagai upaya telah dilakukan Pusat Data dan Informasi-Digital Transformation Office (Pusdatin-DTO) untuk mendorong perluasan dan akselerasi implementasi SATUSEHAT di fasyankes.

Salah satu upaya yang dilakukan, yakni Training of Trainer (ToT) yang merupakan pelatihan dan pendampingan bagi tenaga IT fasyankes, asosiasi profesi kesehatan, dan penyedia sistem RME representatif sebagai peserta.

Kegiatan tersebut bertujuan memberikan pemahaman dan menyiapkan kemampuan mengintegrasikan sistem informasi fasyankes dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKN) bernama SATUSEHAT, melalui penerapan standar dan terminologi yang telah dikembangkan oleh Pusdatin-DTO.

“ToT juga menjadi bagian dari uji coba kelayakan hingga wadah dari proses user acceptance testing (UAT) terkait playbook yang sedang dalam tahap pengembangan. Hingga akhirnya, playbook tersebut dapat teruji dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan fasyankes,” jelas Setiaji.

Para peserta dalam kegiatan ini pun diharapkan dapat menjadi pendamping atau trainer untuk membantu fasyankes yang akan terintegrasi dengan SATUSEHAT di wilayahnya masing-masing, baik secara mandiri maupun difasilitasi oleh Pusdatin-DTO melalui kegiatan rollout.

Rollout merupakan kegiatan lanjutan dari training of trainer. Pada rollout, playbook atau buku pedoman yang telah diuji tersebut diperluas kembali adopsinya ke berbagai fasyankes melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi tenaga IT dan penyedia sistem Rekam Medis Elektronik.

 

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Senin, 2 Desember 2024 | 23:49 WIB
Kemenkes Bantah Intervensi Pemilihan Ketua Umum PMI
  • Oleh Putri
  • Senin, 2 Desember 2024 | 23:48 WIB
Skrining Kesehatan Jiwa Gratis Lewat SATUSEHAT Mobile
  • Oleh Putri
  • Senin, 2 Desember 2024 | 19:29 WIB
November 2024, Terjadi Inflasi Sebesar 1,55 Persen
  • Oleh Putri
  • Senin, 2 Desember 2024 | 19:25 WIB
Berdayakan UMKM, Menko PM Gandeng Founder Tokopedia Jadi Deputi