- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 14 November 2024 | 05:35 WIB
: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menyelenggarakan acara
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 11 November 2024 | 20:55 WIB - Redaktur: Untung S - 307
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar acara bertajuk "Pak Menteri Ngariung Bersama Tokoh Bahasa, Sastra, dan Literasi". Acara itu bertujuan untuk menjaring aspirasi dari para tokoh sastra guna memajukan bahasa, sastra, dan literasi melalui pendidikan di Indonesia.
“Saya merasa bahagia berada di acara ini karena dua hal. Pertama, saya dapat berjumpa dengan para penyair yang karyanya saya baca dan yang berpengaruh pada hidup saya. Dan kedua, saya senang dapat bertemu dengan penyair yang karyanya mampu menumbuhkan imajinasi dan mimpi masa depan,” ungkap Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, di Jakarta, pada Senin (11/11/2024).
Mendikdasmen Mu'ti menjelaskan bahwa kemajuan bangsa tidak hanya terletak pada aspek ekonomi, tetapi juga melalui pemikiran besar yang datang dari para penyair, yang memiliki kemampuan untuk memotivasi generasi muda untuk bermimpi dan membayangkan masa depan yang lebih baik. Ia berharap buku-buku sastra dapat diterbitkan dan disebarluaskan di sekolah-sekolah agar generasi muda bisa lebih mengenal dan menghargai karya sastra Indonesia.
“Kami ingin mendekatkan buku dengan masyarakat. Untuk itu, kami berencana meletakkan buku-buku sastra di fasilitas publik seperti bandara dan terminal, sehingga masyarakat bisa mengakses karya sastra dengan mudah,” tambah Mu'ti.
Mendikdasmen Mu'ti berharap rasa cinta terhadap sastra kembali tumbuh di kalangan generasi muda, sehingga literasi melalui karya sastra dapat membangun peradaban bangsa yang lebih hebat ke depannya.
“Kami ingin mendengar aspirasi untuk menghidupkan kembali semangat membaca dan budaya menulis, khususnya menulis karya sastra. Saya yakin bahwa generasi muda akan membangun negeri ini melalui lahirnya karya sastra yang hebat,” pungkas Mu'ti.
Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Azis, mengungkapkan bahwa acara ini merupakan kali pertama diadakan dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Forum ini bertujuan sebagai ajang dialog dan menunjukkan kepedulian bersama tentang eksistensi sastra di Indonesia.
“Mereka adalah pelaku nyata dari bidang bahasa, sastra, dan literasi. Malam ini, Menteri Abdul Mu'ti mendengarkan langsung aspirasi dari para tokoh kesusastraan,” ungkap Aminudin.
Aminudin menambahkan, aspirasi yang disampaikan dalam acara ini akan menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan pembelajaran bahasa dan aktivitas literasi ke depannya. “Acara ini juga menjadi bagian dari implementasi dalam menyusun Kedaulatan Bahasa Indonesia, yaitu Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia,” tambahnya.
Penulis muda, Feby Indirani, menyoroti kurangnya akses terhadap buku sebagai salah satu faktor utama rendahnya minat baca di kalangan peserta didik. “Kami menganalisis bahwa salah satu sumber utama kurangnya minat baca adalah akses terbatas terhadap buku, karena harga buku sastra yang cukup mahal. Selain itu, pemerintah perlu memperhatikan tata niaga kertas, karena banyak daerah yang sudah memiliki percetakan dan penerbit, namun bahan baku masih harus didatangkan dari Pulau Jawa atau Jakarta,” ujar Feby.
Sementara itu, Ahmadun Yosi Herfanda menjelaskan kesulitan para sastrawan dalam memublikasikan karya-karyanya, terutama dengan semakin ketatnya persaingan di pasar sastra yang membuat banyak majalah sastra tutup. “Peluang publikasi saat ini sangat sulit karena media tempat kami memublikasikan karya telah menghilang. Bagaimana peran pemerintah dalam mendanai media untuk publikasi sastra, atau bahkan membangun media sastra yang didanai pemerintah untuk sastrawan memublikasikan karya mereka?” imbuh Ahmadun.