Kemendikbudristek Gelar Kampanye Digital Dorong Rasa Bangga Generasi Muda terhadap Pancasila

:


Oleh G. Suranto, Jumat, 1 Juli 2022 | 00:17 WIB - Redaktur: Untung S - 272


Jakarta, InfoPublik - Dalam rangka memeriahkan Hari Lahir Pancasila, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Puspeka Kemendikbudristek) menggelar kegiatan kampanye digital (Digital Campaign Activity). Kampanye ini bertujuan untuk mendorong rasa bangga generasi muda terhadap Pancasila.

Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Penguatan Karakter (Kapuspeka), Hendarman, menjelaskan bahwa kampanye ini menyasar para pelajar pada jenjang PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi yang aktif menggunakan media digital.

“Kami di Puspeka ingin memunculkan kecintaan, kebanggaan dengan Pancasila. Kami pilih kampanyenya digital karena ini adalah medium yang sangat dekat dengan generasi muda. Strategi ini dibuat untuk membangun perhatian yang melibatkan pelajar melalui aktivasi kreasi,” tuturnya dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) “Pelajar Pancasila Bangga Punya Pancasila” yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (30/6/2022).

Lebih lanjut Kapuspeka mengutip hasil penelitian dari We Are Social pada Februari 2022, rata-rata penggunaan internet per harinya usia 16-48 tahun adalah 8 jam 36 menit. Menurut Hendarman, sangat disayangkan kalau potensi ini tidak digunakan untuk hal positif salah satunya adalah untuk menambah kecintaan terhadap Indonesia. Kegiatan kampanye digital dalam bentuk aktivitas kreasi yang bertujuan untuk meningkatkan kontribusi generasi muda dalam memaknai nilai luhur Pancasila.

“Dengan cara yang menarik yakni menampilkan kemampuan artistik dan kreatif ini, harapannya generasi muda akan bersama-sama menjadi bagian dari kampanye. Dengan demikian, mereka bisa memahami nilai luhur Pancasila dan mampu melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dalam menjunjung ideologi bangsa dan negara,” ujar Hendarman.

“Biarkan anak-anak kita bertanya karena ini proses mereka bernalar kritis, berikan motivasi anak-anak untuk banyak mencoba bersama lingkungannya untuk memahami nilai gotong royong. Kita juga harus melihat situasi yang terjadi di luar negara kita (untuk belajar). Kita harus berakhlak mulia kepada Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan negara. Kita dengan banyak coba jadi mandiri untuk berkarya. Proses yang komprehensif inilah yang mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang keberhasilannya akan sangat tergantung pada sinergi antartiga ekosistem pendidikan,” ditambahkan Kapuspeka. 

Gelaran Aktivasi Kreasi sudah dilakukan sejak tanggal 8-26 Juni 2022 yaitu aktivasi kreasi mewarnai jenjang PAUD hingga jenjang SD dan aktivasi kreasi coach story Instagram dengan menggunakan fitur  di Instagram untuk jenjang SMP, SMA, SMK, perguruan tinggi, dan masyarakat umum.

Sependapat dengan Kapuspeka, pemilihan kampanye melalui media sosial khususnya Instagram dinilai praktisi komunikasi, Dian Aris Maulana sebagai strategi yang tepat. “Contohnya di Instagram yang saya lihat sangat mungkin anak-anak muda ini mengajak teman mereka untuk ikut acara tersebut atau berkampanye. Di Instagram banyak yang posting. Saya juga bagikan konten-konten positif tentang bangga terhadap Pancasila ke teman, keluarga dan tetangga saya,” jelasnya.

Aris Maulana menambahkan bahwa media sosial merupakan media yang efektif untuk berkampanye. “Saya mendukung karena kanalnya sangat pas dan audiensnya generasi muda. Ini salah satu indikator di mana kampanye sosial ini sukses. Saya harap ini bisa dilaksanakan secara kontinu, masif, dan kreatif lagi agar semakin banyak anak-anak muda di masa mendatang yang terlibat,” lanjut Aris.

Ia juga menyarankan agar ke depannya Kemendikbudristek bisa merambah media kampanyenya melalui aplikasi Tik Tok, Twitter, bahkan status Whatsapp yang umum digunakan oleh masyarakat awam. “Karena kanal-kanal tersebut sangat berpengaruh. Apalagi kalau kementerian juga mengoptimalkan kampanye secara luring tidak hanya daring, seperti lokakarya (workshop), seminar, dan kunjungan (roadshow) ke sekolah-sekolah,” sebutnya. Kegiatan secara luring dinilai Aris jika kampanye secara daring dan luring dioptimalkan maka pesan kampanye yang disampaikan akan lebih mengena di masyarakat.

“Karena jika di ingatan mereka (materi kampanye) sudah kuat tertanam di saat luring kita bisa dengan mudah untuk dekat dan merangkul mereka dan inilah yang mempermudah agar materi kampanye itu diterima secara masif oleh generasi muda,” tegas Aris.

Siswi kelas XII yang bernama Khairunisa dari SMAN 1 Majene, Sulawesi Barat mengaku sangat senang terlibat kampanye digital ini. “Saya senang bisa ikut andil dengan Puspeka dalam menyebarkan nilai-nilai positif. Ini adalah ajang yang keren dan bermanfaat bagi kita sebagai pelajar dan generasi muda,” ujarnya yang telah mengikuti enam tema aktivasi post story Instagram sesuai Profil Pelajar Pancasila.

Khairunisa mendorong agar generasi muda bisa menggunakan media sosial dengan bijak. “Contohnya dengan mengikuti kegiatan kampanye digital,” tutur Anisa, sapaan akrabnya.

Gilbert Moses Siagian, salah satu peserta lomba mewarnai mengaku senang mengikuti kampanye ini. Ibu Hartland Rahayu Farnsisca yang biasa disapa Olen ini, ikut senang mendampingi anaknya menyalurkan hobi yang gemar dilakukan anaknya sejak usia empat tahun itu. “Saya senang ikut lombanya, seru sekali,” kata Gilbert.

“Menurut saya dengan mengikuti lomba ini telah berhasil memperkenalkan nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan; kepada anak-anak. Melalui kegiatan ini saya ingin ajarkan Gilbert supaya dia bangga mempunyai Pancasila sambil menyalurkan bakat dan hobinya,” ucapnya seraya menunjukkan hasil karya anaknya yang bertema “Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia”.

Olen menjelaskan bahwa dari gambar tersebut anaknya memahami bahwa di Indonesia ada beragam tempat ibadah yang didasari berbagai keyakinan terhadap Tuhan. “Dalam gambar ini terlihat tempat ibadahnya berdampingan sehingga saya berikan pemahaman kepada Gilbert bahwa kita sebagai antarumat beragama harus hidup berdampingan sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan,” demikian pungkas Olen.

Sumber Foto: Kemendikbudristek