Desa Labuhan Diusulkan Jadi Kampung Iklim

:


Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 25 Oktober 2017 | 09:56 WIB - Redaktur: Juli - 128


Jakarta, InfoPublik - Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Provinsi  Jawa Timur didorong untuk menjadi desa pertama di Pulau Madura yang terlibat dalam Program Kampung Iklim (Proklim).

Keberhasilan konservasi  dan rehabilitasi kawasan mangrove menjadi salah satu faktor kuat untuk mendukung Labuhan berpartisipasi  dalam gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis komunitas untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

"Kami mendorong Pemerintah Kabupaten Bangkalan untuk diusulkan menjadi desa atau kampung iklim. Kawasan mangrove lebih efektif sekitar 5 persen dalam menyerap emisi karbon dibandingkan kawasan hutan lain," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur Diah Susilowati sebagaimana keterangan resmi Pertamina, Rabu (25/10) saat Sosialisasi dan Penyuluhan Lingkungan di Taman Pendidikan Mangrove (TPM).

Menurutnya, di dalam Kampung Iklim warga diberdayakan secara ekonomi dengan mengedepankan aspek lingkungan, seperti penanaman mangrove yang telah dilakukan warga Labuhan.  Selain itu, pengelolaan sampah didorong menjadi biogas, membentuk embung (waduk) guna meningkatkan cadangan air, atau peningkatan kapasitas warga sekitar  agar berupayaa menjaga lingkungan dan kebersihan. 

"Apabila sudah masuk Proklim, sumbangan suatu desa terhadap pengurangan efek GRK bisa dihitung dengan pasti,” katanya.

Selama ini, belum ada satu desa pun di Madura yang mendapat status kampung iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bahkan untuk level provinsi saja baru ada beberapa seperti desa di Bojonegoro, Blitar dan Malang.

"Mekanismenya diusulkam dari daerah, lalu pusat yang menilai dan memutuskan," ujar Diah.

Prolim telah diluncurkan sebagai gerakan nasional pada Desember 2016. Program yang telah dilaksanakan sejak 2012 ini bertransformasi dari memberikan apresiasi terhadap wilayah administratif paling rendah setingkat RW/dusun dan paling tinggi setingkat kelurahan/desa, menjadi mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya Kampung Iklim melalui pengayaan inovasi program adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim yang dilaksanakan secara kolaborasi antara pemerintah (party) dengan “nonparty stakeholder”.

Selain itu, kriteria lokasi Proklim juga diperluas mencakup wilayah yang masyarakatnya telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi secara berkesinambungan, seperti komunitas pondok pesantren, perguruan tinggi, dan lain-lain.

Hal tersebut juga sebagai wujud pelaksanaan Perjanjian Paris dimana Pemerintah RI telah meratifikasinya menjadi Undang-Undang No 16 Tahun 2016 tentang Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim.

General Manajer (GM) PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) Kuncoro Kukuh mengatakan PHE WMO berkomitmen untuk mendukung pembentuan Proklim di Labuhan.

Dikatakannya, perusahaan selalu mendukung  Taman Pendidikan Mangrove (TPM).  Penanaman mangrove dan cemara laut di Labuhan telah menghasilkan 839,24 Ton CO2eq serapan karbon per tahun.

“Secara keseluruhan, pengelolaan area konservasi mangrove di Labuhan ini sudah sangat bagus. Tapi, kegiatan kampanye agar kita semua tetap menjaga kelestarian hutan mangrove ini perlu terus digalakkan. Salah satunya, mengingatkan bahaya sampah pagi pohon mangrove. Diharapkan program mangrove akan bermanfaat tidak hanya warga sekitar tapi masyarakat umum. Mangrove juga tidak hanya cegah abrasi api juga bernilai ekonomi dan pariwisata," sebutnya.

TMP yang telah membangun kerja sama dengam 13 perguruan tinggi di Indonesia dalam pengembangan riset mangrove seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Trunojoyo, dan Universitas Trisakti Jakarta, telah berkembang menjadi sentra pemeliharaan lingkungan, sosial, maupun ekonomi masyarakat sekitar.

“Kehadiran TPM sangat membantu masyarakat sekitar. Sekarang masyarakat sadar bahwa lingkungan harus dijaga. Selain itu, masyarakat telah merasakan manfaat ekonomi dari terpeliharanya ekosistem mangrove,” tutur Sekretaris Kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera Sjahrir.

Menurut salah satu local hero Pertamina itu, pembinaan lingkungan mangrove secara langsung mengajarkan masyarakat untuk kreatif memanfaatkan potensi ekonomi sekitar. Dia menyebut saat ini masyarakat sudah ada yang mengembangkan kopi Labuhan, yakni produk kopi lokal yang dicampur dengan biji mangrove.