BPPT Gelar Seminar Arah Kebijakan dan Inovasi Pengelolaan Lahan Gambut

:


Oleh G. Suranto, Selasa, 24 Oktober 2017 | 15:36 WIB - Redaktur: Juli - 583


Jakarta, InfoPublik – Kelestarian gambut memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan iklim global, karena lahan gambut merupakan lahan basah yang mengandung material organik yang terurai berupa akumulasi sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang setengah membusuk.

Seiring waktu, material tersebut menjadi gambut yang memiliki kandungan organik dan karbon paling kaya dibanding jenis tahan lainnya. Lahan gambut memiliki ekosistem yang unik dimana ratusan spesies dan vegetasi yang unik seperti pohon, anggrek dan tanaman obat hanya ditemui di lahan gambut.

Indonesia, pemilik kawasan lahan gambut tropis terluas di dunia dengan luasan sekitar 18 juta hektar atau 1,5 kali luas Pulau Jawa, kebanyakan tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Papua. Papua adalah yang terluas dengan lebih kurang sepertiga lahan gambut yang ada di Indonesia. Riau merupakan provinsi dengan luas gambut terbesar di Indonesia, yakni 4,044 juta haktar atau 56,1 persen luas total gambut di Sumatera.

Berhubung begitu pentingnya keberadaan lahan gambut ini, maka dalam upaya memberikan masukan bagi pengelolanya, Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah (PTPSW), Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar seminar Nasional dengan tema “Arah Kebijakan dan Inovasi Pengelolaan Lahan Gambut,” yang dilaksanakan di Gedung BPPT, Jakarta, Selasa (24/10).

Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah (PTPSW), BPPT Yudi Anantasena mengatakan, dalam seminar ini pihaknya mengundang para stakholder pemerhati, pelaku, peneliti, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pengelolaan lahan gambut.

“Intinya adalah untuk sinergi kegiatan di lahan gambut, dimana kegiatan di lahan gambut ini sudah dilakukan bertahun-tahun, bahkan ada yang sudah dimulai tahun 1989, namun pembukaannya baru tahun 1996. Sedangkan kami memang fokus ke gambut baru mulai 2016,” kata Yudi di di sela-sela acara seminar tersebut.

Disebutkan, pihaknya berkompetensi dengan remote sensing, geofisika dan lain-lain. “Jadi pemilihan objek, fokus kita baru tahun 2017 ini. Oleh karena itu, kami ingin mendapatkan masukan apa yang sudah dikerjakan orang lain atau instansi lain, agar bisa sinergi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih, saling sinergi, dan kami ingin menginformasikan apa yang kita kerjakan pada tahun 2017 ini,” paparnya.

Acara ini di hadiri oleh beberapa peserta  dari Kementerian dan Lembaga, serta Universitas, baik dari pemerintah maupun swasta. Dalam seminar ini antara lain membahas tentang inovasi teknologi pengelolaan lahan gambut, tantangan restorasi lahan gambut, status pemetaan lahan gambut, peran BPPT dalam riset lahan gambut, dan menghadirkan pembicara kunci, Dr. Bambang Setiadi sebagai pakar gambut Indonesia, sekaligus sebagai Ketua Dewan Riset Nasional, dan Kepala Badan Restorasi Gambut, Ir. Nazir Foead, M.Sc.