Menko Puan: Keluarga Adalah Wahana Pertama dan Utama Pembangunan Karakter

:


Oleh Putri, Minggu, 22 Oktober 2017 | 09:18 WIB - Redaktur: Juli - 312


Jakarta, InfoPublik - Keluarga menjadi wahana pertama dan utama dalam pembangunan karakter bangsa. Pembentukan perilaku yang berbudi pekerti, memiliki semangat pantang menyerah, dan berjiwa gotong royong, dimulai dari keluarga.

Hal tersebut dikatakan Menteri Koordinator PMK Puan Maharani dalem Festival Keluarga Maslahah dan Rakornas Lembaga LKK PBNU di Hotel Aryaduta Jakarta Sabtu (21/10). "Keluarga harus dapat menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh anggota keluarga untuk saling memberikan kasih sayang, memperhatikan, membina, dan membantu," katanya.

Lanjut Menko Puan, keluarga perlu memiliki landasan yang memadai secara agama, sosial, budaya, dan ekonomi agar dapat optimal menjalankan perannya. Ia berharap pentingnya membangun keluarga untuk mencegah pemahaman radikal terhadap ajaran agama.

Ketahanan keluarga bagaimanapun mampu mengikis radikalisme. Menko Puan berharap kepada setiap orangtua Indonesia agar mau meluangkan waktu untuk anaknya. Meluangkan waktu bisa dilakukan dengan bercengkrama di ruang keluarga atau di meja makan sehingga keluarga akan bersifat dinamis.

Termasuk dengan melakukan bonding atau bersentuhan langsung dengan anak. Dengan begitu akan ada ikatan langsung antara orangtua dan anak. Meski begitu, kata Menko Puan, membangun keluarga merupakan tanggung jawab bersama, pemerintah, masyarakat, dan keluarga. 

"Pemerintah melalui berbagai program perlindungan sosial terus memastikan bahwa keluarga-keluarga yang tidak mampu dapat memiliki kehidupan yang layak dan mendapatkan pelayanan pendidikan (KIP), pelayanan kesehatan (KIS), bantuan pangan (Rastra), pelayanan kesehatan ibu dan anak (PMT) serta pemberdayaan (PKH), agar dapat memiliki landasan yang memadai dalam menjalankan fungsi keluarga," kata Menko Puan.

Ia mengajak LKK PBNU untuk mengambil peran penting dan gotong royong dalam memperkuat pendidikan karakter berlandaskan Pancasila, baik itu melalui jalur formal (sekolah), non formal (lembaga kursus), maupun informal (pendidikan keluarga, masyarakat, dan sebagainya) di lingkungan NU.