Warga Desmigratif Desa Kuripan Kesulitan Pasarkan Produk

:


Oleh Dian Thenniarti, Sabtu, 21 Oktober 2017 | 19:10 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Wonosobo, InfoPublik - Kerajinan tangan dan pengolahan pangan lokal menjadi produk UMKM yang kini tengah dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Namun, misi tersebut seakan belum seimbang dengan kondisi perajin di beberapa lapisan masyarakat. Kendala yang kerap ditemui para perajin ialah kesulitan untuk memasarkan produknya.

Seperti halnya para mantan buruh migran yang masuk dalam program Desa Migran Produktif (Desmigratif) di Desa Kuripan, Kecamatan Watumalang, Wonosobo - Jawa Tengah. Para warga binaan yang dilatih memiliki keterampilan yang berdaya jual justru malah kesulitan. Sebab, hasil produk kerajinan tangan dan olahan pangan lokal yang dibuat tersebut kesulitan dalam hal pemasaran.

"Kami masih kesulitan memasarkan produk hasil karya warga. Padahal secara kualitas sudah bagus dan dapat bersaing. Sebab, belum adanya jaringan pemasaran, dan kurangnya promosi,” ujar Kepala Desa Kuripan, Watumalang, Wonosobo - Jawa Tengah Wahyu cahya Agung saat di temui InfoPublik, Kamis (19/10).

Dijelaskan Kepala Desa, mantan buruh migran yang masuk dalam program Desmigratif di tempatnya terdiri atas empat kelompok. Masing - masing kelompok memiliki hasil kerajinan dan pengolahan pangan yang berbeda-beda. 

"Satu kelompok membatik, dan tiga kelompok lainnya dengan kegiatan pengolahan pangan yang berbeda, diantaranya kelompok pengolahan buah salak menjadi dodol dan manisan, kemudian pengolahan unggas seperti ayam menjadi produk Abon dan burung puyuh, serta pengolahan singkong," urai Wahyu Cahya Agung.

Meski demikian, program Desmigratif tersebut, diakui para mantan buruh migran, sangat membantu mereka. Mereka juga mengungkap rasa terima kasihnya kepada pemerintah karena telah diberikan kesempatan untuk mengakses pelatihan batik dan mengolah potensi pangan. 

Harapan mereka, program Desmigratif ini mampu meningkatkan taraf perekonomian mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi mengais rejeki di negeri orang sebagai TKI.