:
Oleh G. Suranto, Kamis, 9 Juni 2016 | 10:30 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 647
Jakarta, InfoPublik - Besarnya pengaruh nanoteknologi pada ekonomi melahirkan persaingan antarnegara untuk menjadi leader pada teknologi ini. Sejak tahun 2001 sampai 2013, Amerika telah mengucurkan dana besar (17,9 miliar USD) untuk pengembangan nanoteknologi ini.
Negara-negara di Eropa seperti Rusia, Jerman, Inggris, dan Asia antara lain Korea Selatan, Cina, Jepang, Taiwan dan India juga telah menjalankan program serupa untuk mengakselerasi riset nanoteknologi di negaranya.
Meskipun negara-negara tersebut ingin menjadi pepolor, namun mereka mempunyai prioritas bidang aplikasi sesuai kebutuhan dan karakter negara tersebut. Amerika fokus pada aplikasi bidang elektronik, kesehatan, dan militer.
Korea dan Jepang, menempatkan prioritas pengembangan nanoteknologi pada bidang elektronik dan mesin presisi. Rusia lebih fokus pada aplikasi hankam. Mayoritas produk nanoteknologi di negara Cina adalah material nano, seperti oksida logam nano, serbuk logam nano. Inggris fokus pada aplikasi kesehatan dan energi, sementara India fokus pada aplikasi lingkungan dan kesehatan.
“Tidak hanya di luar negeri, gema nanoteknologi di Indonesia tidak kalah gaungnya,” kata Peneliti BPPT, Ratno Nuryadi pada orasinya saat dikukuhkan sebagai profesor riset di Gedung BPPT, Rabu (8/6).
Disamping itu, dukungan pemerintah juga mengalir dengan dikeluarkannya Roadmap Pengembangan Industri Berbasis Nanoteknologi oleh Kementerian Perindustrian pada tahun 2008.
“Bidang material maju yang mayoritas berbasis nanoteknologi juga menjadi salah satu bidang fokus dalam Agenda Riset Nasrional (ARN) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,” ucapnya.
Ia menambahkan, pekembangan eksternal di luar negeri menunjukkan bahwa perkembangan nanoteknologi telah mencapai tataran industrialisasi pada bidang elektronika, kesehatan, kimia, hankam, otomotif dan pertanian.
Sementara kondisi internal di dalam negeri menunjukkan bahwa pengembangan nanoteknologi sebagian besar masih dalam tahapan riset dengan fokus pada bidang nanomaterial untuk kosmetik, kesehatan, keramik, dan elektronik. Kemudian, nano bioteknologi untuk kesehatan dan pertanian, dan material energi untuk target energi ramah lingkungan.
“Namun demikian, industri di Indonesia telah banyak juga yang menggunakan produk nanoteknologi. Hasil survei terhadap industri tahun 2009 menunjukkan bahwa 20,3 persen industri di Indonesia sudah menerapkan nanoteknologi,” ungkapnya.