Kurangi Impor, BPPT Dukung Produksi Antibiotik

:


Oleh G. Suranto, Selasa, 7 Juni 2016 | 13:39 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 509


Jakarta, InfoPublik - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendukung pengembangan bahan baku antibiotik sefalosporin dan turunannya di Indonesia, guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku antibiotik.

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan, pengembangan industri farmasi di Indonesia sangat penting untuk mengurangi impor. Apalagi saat ini, kebutuhan industri farmasi Indonesia masih impor sekitar 95 persen, padahal secara teknologi Indonesia sudah siap memproduksi bahan baku obat sendiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah.

“BPPT siap kerja sama untuk pengembangan industri antibiotik di Indonesia,” kata Unggul pada acara penandatanganan kerja sama tripartit antara BPPT, Kimia Farma, dan Sungwun Pharmacopia (Korea Selatan) di Gedung BPPT, Senin (6/6).

Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, BPPT, Eniya Listiani Dewi menyebutkan, kajian untuk memproduksi bahan baku obat khususnya antibiotika golongan beta laktam telah di mulai oleh BPPT sejak tahun 1990-an.

Namun karena kurangnya dukungan dan tidak ada yang mengawal jadi seolah-olah mati suri, dan untuk mengatasi kendala tersebut, pihaknya terus melakukan inovasi untuk menghasilkan teknologi produksi bahan baku obat yang efisien.

Sementara itu, Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman dalam kesempatan tersebut menambahkan, penentuan harga obat yang dikonsumsi masyarakat 75-80 persennya dari bahan baku, dan 20-35 persennya biaya pemasaran dan ongkos produksi.

“Bayangkan jika 75 persen nasib kita bergantung impor. Kita bahkan ingin tidak hanya produksi untuk kebutuhan sendiri, tapi juga bisa mengekspornya,” ucapnya.

Disebutkan, nanti dalam kerja sama ini akan ada transfer teknologi dan pemanfaatan laboratorium bersama. Ada tiga teknologi untuk menghasilkan teknologi ini antara lain fermentasi, enzimatik transfer dan sintetis.

Kimia Farma sudah menyiapkan lahan seluas 12 hektare di Cikarang untuk membangun industri antibiotika ini. BPPT dan Sungwun akan mengkaji studi kelayakannya dalam enam bulan ke depan.

“Diharapkan setelah penandatangan kerja sama ini, dapat melaksanakan percepatan untuk memproduksi bahan baku, posisi PT Kimia Farma tinggal menunggu dari BPPT dan Sungwun,” tandasnya.