:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 7 Juni 2016 | 13:31 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 831
Jakarta, InfoPublik - Hari pertama puasa Ramadhan 1437 Hijriah, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjadi pengisi perdana ceramah singkat di Musholla Attarbiyah Gedung Kemenag.
Dalam kesempatan tersebut, Lukman mengajak aparatur Kemenag untuk lebih dalam memaknai puasa, dengan tidak hanya sekedar menahan makan, minum dan berhubungan suami-istri saja.
Menurut Lukman, menahan berarti pengendalian diri, sehingga hakikat menahan diri adalah pengendalian nafsu. Ramadan adalah kesempatan penting untuk melatih dan mengendalikan hawa nafsu.
Mengapa nafsu harus dikendalikan? Karena, segala kerusakan di muka bumi ini berawal dari nafsu. Semua masalah, dari persoalan bangsa, masyarakat, RT/RW, tetangga hingga keluarga atau bahkan diri sendiri, semua berawal dari ketidakmampuan kita mengendalikan nafsu, ujar Lukman, Senin (6/6).
Dijelaskannya, Al-Quran memilah nafsu menjadi tiga. Pertama, nafsu mutmainnah yaitu nafsu yang membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Kedua, nafsu ammarah. Nafsu ini sangat berbahaya apabila melekat pada diri seorang manusia. Sebab, ia suka mengarahkan manusia kepada perbuatan buruk.
Ketiga, nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang sudah mengenal baik dan buruk tapi condong ke keburukan, jelas Lukman.
Dengan menjalankan syariat puasa, lanjut dia, umat Islam diharapkan akan lebih arif atau bijak dalam menghadapi segala persoalan. “Orang yang arif atau bijak itu lebih dari sekadar tahu atau paham, tapi juga mengetahui implikasi dan beroreinstasi masa depan. Bahkan mampu memahami latar belakang dari sebuah persoalan,” imbuh Lukman.
Selain itu, Lukman juga mengingatkan pentingnya dampak puasa dalam kehidupan sosial. Menurutnya, ketaatan hamba Allah sebagai khalifah harus direfleksikan dalam fungsi sosial.
Jadi, jangan lagi punya anggapan, saya buru-buru pulang, saya tinggalkan pekerjaan di kantor, karena di rumah mau baca Al-Quran atau ibadah mahdoh lainnya. Padahal masih harus menjalankan tugas melayani, ujarnya.
Menjalankan fungsi sosial juga ibadah, Islam tidak memisahkan itu. Fungsi sosial bagian dari esensi ajaran agama, kata Lukman seraya mengapresiasi acara kultum ini sebagai tradisi baik.