BPPT, Kimia Farma dan Sungwun Kerja Sama Bahan Baku Antibiotik

:


Oleh G. Suranto, Selasa, 7 Juni 2016 | 13:33 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 751


Jakarta, InfoPublik - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Kimia Farma Tbk, dan Sungwun Pharmacopia, Korea Selatan melakukan kerjasama tripartit untuk mendorong kemandirian bahan baku obat antibiotik Sefalosporin di Indonesia.

Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, BPPT, Eniya Listiani Dewi mengatakan, saat ini, sekitar 95 persen bahan baku obat untuk kebutuhan industri farmasi Indonesia masih diimpor dari China 60 persen, dan India 30 persen.

“Besarnya nilai ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku obat impor hingga saat ini masih mengkhawatirkan, padahal secara teknologi Indonesia sudah siap memproduksi bahan baku obat sendiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah,” kata Listiani saat acara penandatanganan kerja sama tripartit antara BPPT, PT Kimia Farma, dan Sungwun Pharmacopia di Gedung BPPT, Senin (6/6).

Menurutnya, kajian untuk memproduksi bahan baku obat, khususnya antibiotika golongan beta laktam, sesungguhnya telah dimulai oleh BPPT sejak tahun 1990-an. Tetapi karena kurangnya dukungan dan tidak ada yang mengawal jadi seolah mati suri.

Guna mengatasi kendala tersebut, BPPT melalui unit kerjanya di Balai Bioteknologi terus melakukan inovasi untuk menghasilkan teknologi produksi bahan baku obat yang efisien. BPPT juga berupaya menjalin kemitraan dengan semua stakeholder industri kesehatan.

Ia menambahkan, saat ini pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan dan dorongan yang maksimal untuk menjadikan industri farmasi nasional sebagai andalan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya industri farmasi dalam kelompok industri strategis yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 14/2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Strategis (RIPIN) tahun 2015-2035.

Pasar produk farmasi Indonesia pada tahun 2015 sebesar Rp 60 triliun, dan diproyeksikan meningkat menjadi Rp 102,05 triliun pada tahun 2020. Peluang yang besar akan kebutuhan produk farmasi tersebut tentunya harus diiringi dengan ketersediaan bahan baku obat yang berkualitas dan mandiri.

“Untuk menangkap peluang pasar yang besar tersebut harus terus dilakukan inovasi yang memanfaatkan semua sumber daya berbasis kekayaan alam Indonesia yang terintegrasi dari hulu hingga hilir,” ungkapnya.

Dengan adanya kerjasama tripartit antara BPPT, PT Kimia Farma Tbk dan Sungwun Pharmacopia merupakan salah satu upaya integrasi hulu-hilir industri farmasi dalam rangka mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat antibiotik, khususnya sefalosporin.