Mensos: Perlindungan Anak dan Perempuan Butuh Upaya Serius

:


Oleh Yudi Rahmat, Kamis, 5 Mei 2016 | 21:02 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 398


Jakarta, InfoPublik - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, perlindungan sosial terhadap anak dan perempuan membutuhkan upaya serius yang melibatkan semua pihak terkait.

“Perlu keseriusan dalam memberikan perlindungan terhadap anak dan perempuan,” ujar Mensos saat memberikan bantuan bagi lanjut usia (lansia) di Gorontalo, Rabu (4/5).

Keseriusan, kata Mensos, dari semua pihak benar-benar diperlukan. Sebab, jika tidak hanya akan menambah daftar korban-korban baru berikutnya lalu dibicarakan kembali tanpa upaya dan solusi yang lebih konkret.

“Tanpa adanya keseriusan upaya dan solusi yang lebih konkret dari semua pihak, hanya akan menambah daftar korban-korban baru berikutnya,” tegasnya.

Sejak Februari 2015, Kementerian Sosial telah menyampaikan agar pelaku tindak kekerasan seksual terhadap anak dan perempaun diberikan hukuman tambahan agar memberikan efek jera.

“Pelaku tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan agar diberikan tambahan hukuman untuk memberikan efek jera,” ucapnya.

Hukuman tambahan tersebut, yaitu ditampilkan di baliho besar ruang publik dan media sosial agar bisa dilihat masyarakat, sehingga efek jera dirasakan oleh pelaku agar tidak menjadi residivis atau predator selanjutnya.

“Hukuman tersebut, saya kira bisa memberikan efek jera yang efektif sehingga pelaku tidak menjadi residivis dan predator selanjutnya. Namun, usulan itu malah dianggap lebay,” tandasnya.

Para pelaku juga harus diberikan hukuman maksimal dalam putusan pengadilan dan bukan sebaliknya. Hukuman maksimal agar pihak yang ada niat jahat berpikir berkali-kali karena harus menghadapi hukuman berat.

Selain itu, hukuman kebiri bagi pelaku perlu tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan perlu diterapkan di Indonesia. Adapun teknis pelaksanaan bermacam-macam, seperti bedah syaraf libido atau mengoleskan zat kimia tertentu dengan efek dan masa berlaku mulai 10, 12 hingga 50 tahun.

Semua insitusi baik pemangku adat, tokoh masyarakat dan pemuka agama bergandengan tangan memupuk kembali kearifan lokal untuk desiminasi kehidupan lebih harmonis, toleransi, serta membangun kesabaran lebih baik lagi.