Kunjungi Desa Kawasan Industri, Menteri Marwan Sentil Perusahaan

:


Oleh H. A. Azwar, Senin, 15 Februari 2016 | 12:23 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 619


Bekasi, InfoPublik - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar meminta perusahaan-perusahaan industri atau perumahan elit yang membangun di kawasan perdesaan memperhatikan masyarakat sekitarnya, agar tidak terkena imbas dampak bencana banjir dan lainnya.

"Jangan hanya memperhatikan kawasannya sendiri agar tidak terkena banjir, tapi perusahaan juga melihat masyarakat sekitarnya. Saya sudah selalu ingatkan, harus perhatikan desa-desa sekelilingnya," kata Marwan, saat blusukan ke Situ Binong, Desa Hegarmukti, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (14/2).

Saat mendatangi lokasi tersebut, hujan lebat, bahkan saat itu di lokasi ada kejadian, dua kios kuliner milik warga roboh karena tanahnya tergerus banjir dari Situ Binong.

Atas kejadian tersebut, Marwan prihatin dan berjanji akan datang beberapa hari lagi. “Saya akan datang lagi dan menemui kepala-kepala desa di Kabupaten Bekasi untuk mengetahui secara langsung aspirasi desa,” janji Marwan.

Marwan mengatakan, terkait kawasan industri yang ada di kawasan dekat masyarakat desa, harus serius diperhatikan. Bahkan dirinya sudah menegur perusahaan yang tidak komitmen pemberdayaan masyarakat melalui program CSR.

Saya pernah menegur kawasan industri Jababeka. Mereka (Jababeka-red) sampai sekarang belum ada realisasinya. Saya minta, perusahaan lainnya, harus jalankan program CSRnya. Inikan untuk rakyat juga. Coba kalau mereka (perusahaan) peduli dengan masyarakat sekitar, masyarakat bisa berkembang sektor ekonominya. Masyarakat desa juga bisa lebih maju dan tidak terkena imbas dari banjir dan bencana lainnya. Harus dan harus dicamkan oleh seluruh perusahaan, terang Marwan.

Marwan menambahkan, pemerintah juga tidak diam begitu saja. Melalui dana desa, infrastruktur menjadi perhatian. Untuk tahun 2016, akan dipermudahkan lagi dibandingkan tahun lalu.

Saya masih akan perjuangkan agar semua penyerapan tidak ada lagi masalah. Masih diproyeksikan dua kali penyaluran. Persentasenya 80-20 atau 75-25 persen, kata Marwan.

Desa Hegarmukti telah memanfaatkan dana desa tahun 2015 untuk pembangunan turab dan irigasi. Pembangunan turab dilakukan di setu Rawabinong sepanjang 1.100 meter dari luas setu 95 ribu meter persegi.

Rawa seluas 95 ribu meter persegi itu seperti menjadi oase bagi masyarakat Bekasi. Karenanya, setiap hari, selalu saja ada pemancing yang datang. Bahkan, pada 19 Februrari 2016 di Rawa Benong akan diselenggarakan lomba memancing.

Oleh Jamad Jais, lurah Hegarmukti, potensi setu binong ini akan terus dimaksimalkan, salah satunya dengan membuat wisata air. Upaya ini dipastikan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar setu, khususnya untuk mendapatkan nilai tambah. Kepada pemerintah ia berpesan, “Dorongan dan bantuan dari pusat kami harapkan agar menjadi tempat wisata dan kampung adat yang bermanfaat bagi masyarakat.”

Ia juga mengatakan bahwa ke depan, di setiap sisi setu, akan ditanam pohon-pohon langka untuk pendidikan. Saat ini, yang sedang diusahakan adalah menanam pohon binong sebagai trademark setu.

Sebelumnya, berdasar riset yang dilakukan oleh Research Institute of Human and Nature (RIHEN), Rawa Binong menjadi setu yang paling ideal dari 187 setu di Jakarta terkait pemanfaatannya.

Rumah Singgah

Rumah Singgah ini terletak persis di depan Setu Rawa Binong. Salim, staf desa Hegar Mukti mengatakan, Rumah singgah ini terbuat dari pohon nangka tua. Meski baru dibangun, tetapi bahan utama rumah berasal dari 4 generasi yang lalu.

Rumah singgah menjadi rumah bersama bagi warga Hegarmukti. Ia juga menjadi semacam tempat berkumpul terutama saat purnama. Biasanya, semalam suntuk, warga lek-lekan (tidak tidur) dalam acara ritual ngabumbang.

Menteri Desa, Marwan Jafar menganggap hujan bukan penghalang untuk tetap bekerja. Selain mengapresiasi pengunaan dana desa 2015 di Hegarmukti, ia juga berpesan agar dana desa tahun 2016 ini difokuskan untuk membangun infrastruktur.

Saat ini, besaran dana desa telah dinaikkan menjadi Rp47 triliun sehingga rata-rata desa mendapat dana Rp742 juta per desa. "Tapi kalau ditambah dengan ADD 10 persen dari APBD, maka jumlahnya nambah sampai Rp2,2 miliar, bahkan kalau desa yang besar bisa mencapai Rp3,2 miliar, pungkas Marwan.