:
Oleh Juliyah, Jumat, 12 Februari 2016 | 14:12 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 447
Jakarta, InfoPublik - Penyebaran kasus difteri di Indonesia tahun ini terjadi di enam kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Kasus yang ditemukan terjadi pada anak usia 3-14 tahun.
"Data Kementerian Kesehatan menyebutkan difteri terjadi di Cirebon, Majalengka, Bogor, Bekasi, Cimahi dan Indramayu. Jumlah kasus seluruhnya sampai dengan 10 Februari sebanyak 14 kasus, dua diantaranya meninggal dunia," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemkes Oscar Primadi dalam rilisnya, Jumat (12/2).
Berdasarkan hasil surveilans, didapatkan data seluruh penderita difteri tidak diimunisasi karena adanya penolakan dari orangtua. Kasus yang ditemukan di Jawa Barat ini terjadi pada anak usia 3-14 tahun. Meski demikian, orang dewasa juga tetap perlu waspada karena difteri bisa terjadi pada orang dewasa yang tidak memiliki kekebalan terhadap difteri.
Kasus difteri ini masih terjadi karena masih ditemukan daerah kantong yang cakupan imunisasinya rendah akibat adanya penolakan terhadap imunisasi, rendahnya partisipasi masyarakat, serta letak geografis yang sulit.
Untuk menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri, Kemenkes dan Dinas Kesehatan setempat telah memberikan pengobatan pada penderita dan memberikan obat (profilaksis) pada kontak erat dan carrier (orang yang mengandung kuman tapi tidak memiliki gejala klinis difteri), melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) dan Sub PIN difteri dengan memberikan vaksin DPT-HB untuk usia 2 bulan – < 3 tahun, DT untuk usia 3 – 7 tahun dan Td untuk anak usia > 7 tahun dan pemberian profilaksis untuk kontak erat dengan penderita, menguatkan imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi lanjutan pada Batita dan anak sekolah dasar mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di seluruh wilayah serta memperbaiki manajemen pengelolaan dan sarana penyimpanan vaksin untuk menjaga mutu vaksin.
Difteri adalah suatu penyakit yang ditandai dengan demam disertai adanya pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah.
Salah satu komplikasi penyakit difteri adalah bila toksin masuk ke peredaran darah dan ke otot jantung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot jantung bahkan kematian. Toksin ini hanya bisa dihentikan dengan pemberian Anti Difteri Serum pada penderita.
Difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Hal ini terbukti, baik di dalam maupun di luar negeri. Di Indonesia yang daerah cakupan imunisasinya tinggi, tidak ada laporan kasus difteri. Sementara untuk daerah yang pernah terjadi wabah difteri dan dilakukan outbreak response immunization (ORI), terbukti efektif memutus rantai penularan. Imunisasi DPT sebanyak 3 dosis pada bayi ditambah dengan imunisasi lanjutan pada Batita dan murid Sekolah Dasar dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit ini.