:
Oleh H. A. Azwar, Senin, 1 Februari 2016 | 15:05 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 2K
Jakarta, InfoPublik - Perilaku para pelaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) semakin mengkhawatirkan. Belakangan, para pelaku LGBT seakan tidak takut lagi menunjukkan perilaku menyimpang mereka dan menentang pelarangan LGBT.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden dan Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, Hasyim Muzadi mengingatkan, jika ada kampanye pengembangan LGBT atau yang lebih dikenal dengan istilah homo seksual, maka hal itu bahaya bagi budaya dan tata sosial agamis Indonesia.
Hasyim mengatakan, LGBT bisa diselesaikan melalui pendekatan HAM dan Demokrasi. Hal ini karena pada hakikatnya LGBT merupakan kelainan seksual dalam peri kehidupan seseorang, sebagaimana juga bisa terjadi di bidang yang lain. "Maka pendekatan yang benar adalah prevensi dan rehabilitasi sehingga seseorang bisa kembali normal," kata Hasyim dalam siaran pers yang diterima pada Senin (1/2).
Menurutnya, prevensi dapat dilakukan sejak masa kanak-kanak sebagai tangkal dini apabila terdapat gejala kelainan seksual dengan cara psikoterapi, penyadaran, dan latihan-latihan agar kelainan seks itu tidak berkembang. Sedangkan proses rehabilitasi diperlukan untuk mereka yang sudah terlanjur menjadi bagian dari kelainan tersebut. “Sesulit apapun proses rehabilitasi ini harus dilakukan, agar jumlah LGBT tidak membesar,” ujar Hasyim.
Hal lainnya yang juga harus diperhatikan, lanjut Hasyim, masyarakat umum tidak boleh menjauhi mereka secara diskriminatif. “Sebab sesungguhnya kaum LGBT sendiri juga tidak menyukai kelainan tersebut,” imbuhnya.
Dijelaskannya, legalisasi yang dilakukan oleh negara-negara barat terhadap LGBT tidak berangkat dari norma etika dan agama, tapi semata karena pendekatan sekularis ateistik. “Apabila di Indonesia secara sengaja dan terencana ada kampanye pengembangan LGBT maka hal tersebut merupakan bahaya terhadap budaya dan tata sosial agamis di Indonesia,” jelasnya.
Hasyim menyebut kekhawatiran akan adanya kampanye pengembangan LGBT di Indonesia akan semakin menjadi, apabila terdapat kampanye-kampanye pengembangan LGBT di Indonesia, yang dilakukan dengan sengaja ataupun terencana matang. “Hal tersebut merupakan bahaya terhadap budaya dan tata sosial agamis di Indonesia,” terang Hasyim.
Keberanian para pelaku dalam menyuarakan dukungan atau dorongan untuk melegalkan perilaku LGBT, harus diakui banyak diinspirasi negara-negara barat. Apa yang terjadi di Amerika Serikat menjadi yang paling menginspirasi, lantaran pemerintah AS telah mensahkan perilaku LGBT menjadi kegiatan yang legal.
Kalau legalisasi yang dilakukan negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat, tidak berangkat atau didasarkan dari norma etika dan agama. "Legalisasi perilaku LGBT di negara-negara tersebut semata didasarkan pada pendekatan sekularis ateistik, yang tentu bertentangan dengan norma-norma yang agama," pungkas Hasyim.