Rumah Rusak Karena Konstruksi Tidak Tahan Gempa

:


Oleh H. A. Azwar, Rabu, 20 Januari 2016 | 10:47 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 239


Jakarta, InfoPublik - Gempa bumi sering mengguncang wilayah Indonesia. Meskipun bukan gempa besar, namun dampaknya merusak. Apalagi episentrumnya sering di darat sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan.

Sebagian besar rumah yang rusak akibat gempa karena dibangun dengan konstruksi bukan tahan gempa, kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Rabu (20/1).

Menurutnya, beberapa faktor penyebab bangunan dengan konstruksi tahan gempa belum banyak dibangun, seperti minimnya regulasi di pemda tentang rumah tahan gempa, terbatasnya pengetahuan masyarakat dan tukang, alasan ekonomi, tata ruang, dan penyebab lainnya.

Padahal, lanjut Sutopo, bangunan tahan gempa dapat mengurangi risiko gempa. Pedoman atau desain rumah tahan gempa sesungguhnya sudah banyak tersedia, namun belum dijadikan sebagai dasar yang wajib bagi masyarakat atau semua pihak untuk membangun rumah tahan gempa.

“Pemda harus meningkatkan kepedulian ini agar dampak gempa dapat dikurangi,” kata Sutopo.

Sementara itu, penanganan gempa 5,4 SR di Buru Selatan yang terjadi pada 17 Januari 2016, pukul 06:22:31 WIB masih terus dilakukan. “Tim Reaksi Cepat BNPB masih mendampingi BPBD melakukan penanganan darurat,” terang Sutopo.

Dijelaskannya, dampak gempa tercatat satu warga tewas, 15 luka-luka, dan 329 rumah rusak dimana 181 rusak ringan, 76 rusak sedang, dan 72 rusak berat.

Selain itu ada delapan rumah ibadah dan sekolah rusak. Sekitar 150 KK atau 460 jiwa mengungsi di tenda, lapangan dan sekitar rumah. Korban jiwa dan luka-luka akibat tertimpa bangunan roboh.

Diperkirakan kerugian mencapai lebih Rp970 juta dengan daerah yang terdampak di enam desa di Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku, jelas Sutopo.

Dampak gempa serupa, juga pernah terjadi di Alor, NTT pada saat gempa 6,2 SR pada 4 November 2015 lalu, yang menyebabkan tiga warga luka-luka, 5.439 jiwa mengungsi, dan 2.075 rumah rusak.

Gempa “swarm”  5 SR yang beruntun di Halmahera Barat, Maluku Utara pada 16 November 2015 juga menyebabkan 10.165 jiwa mengungsi dan 1.593 rumah rusak.