:
Oleh Yudi Rahmat, Senin, 18 Januari 2016 | 10:48 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 248
“Program DSM yang dimitrakan dengan 14 perguruan tinggi merupakan upaya akselerasi kesejahteraan warga desa, ” ujar Mensos dalam kunjungan kerja di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Minggu (17/1).
Perguruan tinggi tersebut yaitu STKS Bandung, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Universitas Gadjah Mada, Universitas Ciputra Surabaya, Universitas Islam Malang, Universitas Muhammadiyah Malang.
Kemudian Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Jember, IAIN Antasari Banjarmasin, Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas Hasanuddin Makassar, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Andalas, serta Universitas Jambi.
Di Kabupaten Bantaeng ini, kata Khofifah, dimitrakan dengan Universitas Hasanudian Makassar, agar proses pendampingan bisa tepat sasaran dan tepat solusi.
“Dengan dimitrakan 14 perguruan tinggi tersebut, progam DSM bisa tepat sasaran dan tepat solusi yang ditawarkan bagi warga desa,” katanya.
DSM merupakan perwujudan dari stimulan awal agar terus terjadi penguatan pelbagai kebutuhan substantif di daerah, sekaligus untuk upaya pemetaan terhadap masalah-masalah di lapangan.
Model pemetaan ditargetkan adalah untuk menginventarisir permasalahan, kebutuhan, serta solusi yang tepat dilakukan agar masyarakat bisa lebih mandiri dan sejahtera.
“Insya Allah dengan pemetaan di lapangan tersebut, bisa mendapatkan gambaran yang utuh dan komprehensif,” harapnya.
Sementara kehadiran para mahasiswa dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN), menurutnya bisa mengakselerasi pengetahuan warga di desa, khususnya di bidang pertanian dan teknik pemasaran hasil produksi.
“Kita mengenal istilah petik, olah dan jual. Seiring perkembangan zaman pola seperti itu harus dirubah menjadi petik, olah, kemas dan jual. Anak-anak sering tertarik membeli makanan ringan karena kemasan yang menarik daripada isinya yang terkadang sebagian besar angin,” ucapnya.