Rohingya Diusir, Menko Polhukam Ingatkan saat Tsunami Aceh

: Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di depan pagar Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (11/12/2023). Sejumlah 137 orang imigran Rohingya terlantar di depan Kantor Gubernur Aceh setelah mendapat penolakan warga dari beberapa tempat mulai dari Gampong Lamreh, Kabupaten Aceh Besar, hingga lokasi camp perkemahan Pramuka, Kabupaten Pidie. ANTARA FOTO/Khalis Surry/YU


Oleh Eko Budiono, Kamis, 28 Desember 2023 | 21:20 WIB - Redaktur: Untung S - 452


Jakarta, InfoPublik - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, menanggapi aksi mahasiswa Aceh yang mengusir paksa pengungsi Rohingya pada Rabu (27/12/2023).

Mahfud menyinggung bantuan internasional ketika terjadi bencana tsunami Aceh pada 2004.

Menurut Mahfud, banyak negara yang mengulurkan bantuan kepada Aceh ketika provinsi  itu terdampak tsunami.

“Aceh dulu terserang Tsunami berbagai dunia, manusia dari berbagai penjuru dunia datang menolong, masak sekarang tidak mau nolong, kan begitu, ya kita tolong,” kata Mahfud melalui keterangan tertulisnya,, Kamis (28/12/2023).

Mahfud menegaskan, meskipun Indonesia sebenarnya tak terikat dengan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pengungsi, tetapi menurutnya, bangsa ini harus punya rasa kemanusiaan.

“Kita sendiri tidak terikat dengan konferensi PBB tentang pengungsi yang kemudian membentuk UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) komisi tinggi PBB tentang pengungsi, kita tidak terikat dengan itu. Tapi kita punya ikatan lain yaitu kemanusiaan,” katanya.

Menurutnya, pemerintah tidak mungkin membiarkan orang yang diusir dari negerinya hingga terkatung-katung.

Untuk itu, Indonesia harus memberikan pengungsian sementara bagi Rohingya.

“Orang kalau diusir tidak bisa pulang ke negerinya daripada terkatung-katung, lalu kita tampung dulu sementara. Nanti dikembalikan melalui PBB, karena yang punya aturan PBB,” katanya.

Sebelumnya, terjadi demonstrasi sekelompok mahasiswa di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), yang merupakan lokasi penempatan sebanyak 137 pengungsi Rohingya. Para pengungsi ini awalnya mendarat di Gampong Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, pada Rabu (27/12/2023).

Dalam video yang beredar luas di media sosial, sekelompok mahasiswa menerobos barikade di basemen dan berlarian dengan beringas. Sejumlah pengungsi saat itu sedang menggelar salat zuhur ketika mahasiswa menyerbu masuk.

Sikap para mahasiswa, gabungan dari sejumlah kampus seperti Al-Washliyah, Universitas Abulyatama, Bina Bangsa Getsempena, dan Universitas Muhammadiyah Aceh itu membuat sejumlah pengungsi menangis histeris dan panik.

Mereka bahkan secara terang-terangan melakukan sentuhan fisik dengan cara menarik paksa pengungsi.

Sementara itu, Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) mengecam aksi pengusiran paksa yang dilakukan oleh mahasiswa di Aceh.
 
Menurut UNHCR, aksi pengusiran itu tidak terlepas dari ujaran kebencian, misinformasi dan kampanye negatif di dunia maya yang telah terkoordinasi. 

"Massa menerobos barisan polisi dan secara paksa menaikkan 137 pengungsi ke dalam dua truk, dan memindahkan mereka ke lokasi lain di Banda Aceh, insiden itu membuat pengungsi kaget dan trauma," kata UNHCR, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/12/2023). 
 
Menurut UNHCR, Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang telah tinggal selama berabad-abad di Myanmar - negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. 
 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB NAGAN RAYA
  • Selasa, 26 November 2024 | 11:40 WIB
Peringatan HGN 2024, Pemkab Nagan Raya Apresiasi Guru Berprestasi
  • Oleh MC KAB NAGAN RAYA
  • Selasa, 26 November 2024 | 10:31 WIB
Distribusi Logistik Pilkada 2024 di Nagan Raya Resmi Dimulai