Kamis, 24 April 2025 18:43:2

ADB Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia-Pasifik 4,9 Persen

: Foto: Istimewa


Oleh Isma, Rabu, 9 April 2025 | 16:31 WIB - Redaktur: Untung S - 265


Jakarta, InfoPublik - Perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang diproyeksikan akan tumbuh 4,9 persen pada 2025, menurun dari 5,0 persen tahun lalu.

Demikian disebutkan dalam laporan terbaru dari Asian Development Bank (ADB) yang diterima InfoPublik.id pada Rabu (9/4/2025).

Laporan itu juga menyebutkan bahwa permintaan domestik yang solid dan permintaan global yang kuat untuk semikonduktor yang didorong oleh peningkatan kecerdasan buatan bakal mendukung pertumbuhan kawasan. Akan tetapi tarif dan ketidakpastian perdagangan menjadi kendala.

Pertumbuhan regional diperkirakan akan turun lebih lanjut menjadi 4,7 persen tahun depan, demikian menurut Asian Development Outlook (ADO) April 2025 yang dirilis hari ini. Inflasi diproyeksikan akan melandai menjadi 2,3 persen tahun ini dan 2,2 persen tahun depan seiring terus menurunnya harga pangan dan energi global.

Perkiraan pertumbuhan disusun sebelum pengumuman tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025 sehingga proyeksi dasar hanya mencerminkan tarif yang berlaku sebelumnya.

Namun, ADO April 2025 menampilkan analisis tentang bagaimana tarif yang lebih tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan di Asia dan Pasifik.

Laporan ini mencatat bahwa meskipun ekonomi di kawasan ini cukup tangguh, perubahan yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan dalam kebijakan perdagangan dan ekonomi Amerika Serikat menimbulkan risiko terhadap prospek.

Seiring dengan kenaikan tarif Amerika Serikat, meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan tindakan pembalasan dapat memperlambat perdagangan, investasi, dan pertumbuhan.

“Berbagai perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang ditopang oleh fundamental yang kuat, sehingga menjadi landasan bagi ketangguhan di tengah lingkungan global yang menantang ini,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park.

“Kenaikan tarif, ketidakpastian tentang kebijakan Amerika Serikat, dan kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan tantangan yang signifikan terhadap prospek ekonomi. Ekonomi di kawasan Asia harus mempertahankan komitmen mereka untuk membuka perdagangan dan investasi, yang telah mendukung pertumbuhan dan ketahanan kawasan ini," tambah Albert Park.

Kemerosotan lebih lanjut pasar properti Republik Rakyat Tiongkok (RRT), perekonomian terbesar kawasan ini, juga dapat menjadi penghambat pertumbuhan. ADB memproyeksikan RRT akan tumbuh 4,7 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, dibandingkan dengan 5,0 persen tahun lalu.

Pertumbuhan lebih kuat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, yang didorong oleh permintaan domestik, dan berlanjutnya pemulihan pariwisata di bagian lain kawasan ini, akan mengimbangi sebagian perlambatan di RRT. India—perekonomian terbesar di Asia Selatan—diproyeksikan akan tumbuh 6,7 persen tahun ini dan 6,8 persen tahun depan. Perekonomian di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 4,7 persen tahun ini dan tahun depan.

Permintaan eksternal yang lemah diperkirakan akan memberatkan kegiatan perekonomian di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah, sehingga pertumbuhan diproyeksikan melambat dari 5,7 persen tahun lalu menjadi 5,4 persen tahun ini dan 5,0 persen tahun depan. Di Pasifik, pariwisata masih terus mendukung pertumbuhan, tetapi dengan laju lebih lambat, yang diperkirakan sebesar 3,9 persen tahun ini dan 3,6 persen tahun depan, dibandingkan dengan 4,2 persen tahun lalu.