- Oleh Wahyu Sudoyo
- Rabu, 14 Mei 2025 | 21:57 WIB
: Wamenkomdigi Nezar Patria dalam Indonesia AI Day For Mining Industry di Jakarta (Humas Komdigi)
Oleh Wahyu Sudoyo, Kamis, 24 April 2025 | 21:53 WIB - Redaktur: Untung S - 300
Jakarta, InfoPublik – Adopsi teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) sejak empat tahun terakhir pada industri di sektor pertambangan dinilai telah mendorong kemajuan di sektor tersebut dan membuat Indonesia menjadi salah satu pemain berpengaruh dunia (gobal player).
“Pemanfaatan teknologi AI oleh pelaku industri pertambangan mengukuhkan posisi Indonesia sebagai global player dengan praktik pertambangan yang efektif, efisien dan berkelanjutan,” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, dalam keterangannya terkait Indonesia AI Day For Mining Industry di Jakarta Pusat, pada Kamis (24/4/2025).
Nezar menyatakan, penggunaan teknologi AI pada industri pertambangan mampu mengoptimalisasi rantai pasok (supply chain) dan juga kegiatan produksi yang lebih efisien.
“Analisis data dan pengambilan keputusan yang diakselerasi oleh AI dapat mempercepat seluruh siklus mulai dari eksplorasi, pengambilan produksi hingga distribusi mineral,” tuturnya.
Selain itu, penggabungan machine learning dengan computer vision dinilai telah memudahkan pengerjaan satu lahan pertambangan hanya dalam tempo hitungan jam.
Jika menggunakan motode biasa yang mengandalkan tenaga manusia, maka membutuhkan kurang lebih satu pekan dalam proses pengerjaan satu lahan tambang.
“Karena AI mampu meningkatkan produktivitas. Dan ini memang tujuan dari adopsi teknologi AI dengan potensi mencapai US$308 miliar. Kemampuan otomasi juga membantu mengurangi beban kerja dan waktu bagi penambang, sehingga dapat fokus pada high value activities, misalnya inovasi dan kreativitas bisnis,” jelas dia.
Ia tidak memungkiri adanya kekhawatiran akan dampak terhadap tenaga kerja di industri pertambangan, Namun Nezar yakin adopsi teknologi AI akan dapat menciptakan nilai tambah dalam hasil pertambangan dengan mewujudkan pertambangan yang berkelanjutan (sustainable).
“Selain itu, risiko dampak lingkungan dapat lebih minimal juga dapat menerapkan dekarbonisasi dan pengelolaan limbah penambangan,” ujarnya.
Menurut Nezar, ke depannya akan ada tren pemanfaatan GPU (Graphics Processing Unit) sebagai mesin teknologi AI yang lebih ramah lingkungan dengan pemanfaatan energi yang lebih efisien dan risiko kerusakan lingkungan minimal.
“Saya kira ini harus menjadi komitmen di masa depan karena penggunaan AI otomatis membutuhkan energi. Trend ke depan, akan ada persaingan pengembangan industri AI yang less power consumption (hemat energi),” tutup Wamekomdigi.