- Oleh Untung S
- Senin, 17 Maret 2025 | 22:58 WIB
: Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan perdagangan sementara, alias trading halt akibat indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 5 persen pada perdagangan Selasa (18/3) pukul 11.19 WIB. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/nz
Jakarta, InfoPublik - Pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/3/2025) pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 7,02 poin alias 0,11 persen ke posisi 6.388,69. Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Kamis (20/3/2025) sore, IHSG ditutup di posisi 6.381,67 atau menguat 70,01 poin.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai instrumen-instrumen aset keuangan Indonesia masih tetap menarik. "Kami masih memercayai bahwa instrumen-instrumen aset keuangan Indonesia, apakah itu SBN (Surat Berharga Negara), saham, ataupun SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia), secara fundamental itu memang tetap menarik karena pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi," kata Perry Warjiyo, Jumat (21/3/2025).
Perry memaparkan, penurunan harga saham tidak hanya terjadi di Indonesia, di Amerika Serikat (AS) juga terjadi penurunan harga saham dan regional Asia juga mengalami penurunan harga saham. Di pasar keuangan global, ketidakpastian masih berlanjut diwarnai oleh penurunan yield US Treasury dan melemahnya indeks mata uang dolar AS (DXY) di tengah ketidakpastian penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS bergeser sebagian ke komoditas emas dan obligasi di negara maju dan negara berkembang.
Sementara itu, portofolio investasi saham masih terkonsentrasi ke negara maju, kecuali AS, dan belum masuk ke negara Emerging Market (EM). Tetap tingginya ketidakpastian global tersebut memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
"Jadi memang, turunnya harga saham itu terjadi di Amerika dan di regional Asia sehingga investasi portofolio ini lebih banyak mengalih ke negara maju selain Amerika, itu yang kami lihat. Oleh karena itu, kami masih memercayai instrumen-instrumen aset keuangan kita tetap menarik," ujar Perry.
Beberapa sentimen domestik menopang penguatan IHSG, seperti pulihnya kepercayaan pasar setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa ia tetap berada di dalam kabinet, serta kinerja pertumbuhan kredit yang masih resilien juga memberi keyakinan kepada pelaku pasar bahwa aktivitas industri masih berada pada fase yang ekspansif.
Selain itu, kebijakan OJK yang memperbolehkan emiten untuk melakukan buyback saham tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga turut memberi sentimen positif bagi pasar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Kebijakan Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan atau buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan ini dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak 19 September 2024 mengalami tekanan yang diindikasikan dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 18 Maret 2025 sebesar 1.682 poin atau minus 21,28 persen dari Highest to Date. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan di pasar dan bisa mengurangi tekanan.
Pertumbuhan Terjaga
Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga baik di tengah ketidakpastian yang masih tinggi. Konsumsi rumah tangga tetap baik meskipun perlu terus didorong guna memanfaatkan keyakinan konsumen yang terjaga, dukungan belanja Pemerintah terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan belanja sosial, serta peningkatan musiman permintaan menjelang perayaan Idulfitri 1446 H.
Investasi swasta juga perlu makin ditingkatkan guna mengoptimalkan keyakinan produsen yang tecermin pada Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang ekspansif, terutama pada meningkatnya volume pesanan. Dari eksternal, lanjut Perry, ekspor nonmigas meningkat pada Februari 2025 ditopang terutama komoditas minyak kelapa sawit dan kendaraan bermotor.
Secara sektoral, lapangan usaha pertanian diprakirakan meningkat didorong panen raya, sedangkan sektor pertambangan dan industri pengolahan melambat dipengaruhi permintaan eksternal yang menurun.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2025 tetap baik dalam kisaran 4,7-5,5%. Ke depan, lanjut Perry, pihaknya terus mengoptimalkan bauran kebijakannya untuk tetap menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
"Stimulus kebijakan makroprudensial dan akselerasi digitalisasi transaksi pembayaran terus dioptimalkan sehingga bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia juga terus mendukung penuh implementasi program Asta Cita Pemerintah, termasuk untuk pembiayaan ekonomi, digitalisasi, serta hilirisasi dan ketahanan pangan," kata Perry.