- Oleh Dian Thenniarti
- Selasa, 17 Desember 2024 | 10:33 WIB
: Citra satelit cuaca. Foto : BMKG
Oleh Dian Thenniarti, Senin, 16 Desember 2024 | 22:56 WIB - Redaktur: Untung S - 100
Jakarta, InfoPublik - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan kepada masyarakat, khususnya di wilayah Jawa Timur (Jatim) dan Bali untuk tetap waspada terhadap ancaman banjir, tanah longsor, dan gelombang tinggi selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
"Fenomena cuaca yang dipengaruhi oleh La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Kondisi global ini meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur dan Bali. Meski fenomena ini diprediksi netral pada awal 2025, masyarakat tetap harus waspada terhadap ancaman banjir, tanah longsor, dan gelombang tinggi," ujar Dwikorita sebagaimana dikutip InfoPublik pada Senin (16/12/2024).
Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Timur
BMKG mencatat bahwa intensitas curah hujan tinggi di Jawa Timur pada Desember 2024 akan mencapai peluang curah hujan menengah (51–150 mm) lebih dari 70 persen, sementara curah hujan tinggi (151–300 mm) lebih dari 60 persen.
Adapun wilayah yang diprediksi rawan banjir meliputi Blitar: Kecamatan Gandusari, Nglegok; Gresik: Kecamatan Sangkapura, Tambak; Jember: Kecamatan Bangsalsari, Panti, Sumberbaru, Tanggul; Malang: Kecamatan Ngantang; Pacitan: Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Pringkuku; dan Probolinggo: Kecamatan Krucil, Tiris.
Selain itu, gelombang tinggi 1,25–2,5 meter diperkirakan terjadi di perairan selatan Jawa Timur, mencakup Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Banyuwangi.
Cuaca Ekstrem di Bali hingga Awal 2025
BMKG juga memperingatkan bahwa wilayah Bali berpotensi mengalami curah hujan kategori menengah hingga sangat tinggi di Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, dan Denpasar.
Potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang diprediksi meningkat, terutama pada periode 15 - 21 Desember 2024.
Gelombang tinggi mencapai 2,5 - 4 meter juga diperkirakan terjadi di perairan selatan Bali. BMKG mengimbau masyarakat pesisir dan nelayan untuk menghindari aktivitas di laut selama periode tersebut.