- Oleh Eko Budiono
- Jumat, 1 November 2024 | 13:53 WIB
: Kolaborasi Pertamina dengan USAID (United States Agency for International Development) meningkatkan pemahaman teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS)/ foto: Pertamina
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Jumat, 1 November 2024 | 13:50 WIB - Redaktur: Untung S - 177
Jakarta, InfoPublik – PT Pertamina (Persero) menggandeng United States Agency for International Development (USAID) untuk meningkatkan pemahaman teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) melalui studi benchmarking dengan perusahaan migas di Houston, Amerika Serikat.
Inisiatif itu merupakan langkah Pertamina dalam memperkuat dekarbonisasi sekaligus mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperdalam pemahaman Pertamina tentang teknologi CCS/CCUS dan membuka peluang kolaborasi internasional.
“Penerapan teknologi CCS/CCUS merupakan salah satu komitmen Pertamina dalam upaya dekarbonisasi untuk mengurangi emisi dan menciptakan solusi energi berkelanjutan, mendukung swasembada energi yang dicanangkan pemerintah,” kata Fadjar dalam siaran pers pada Jumat (1/11/2024).
Kolaborasi Pertamina dengan USAID dalam pendampingan teknis penerapan teknologi CCS/CCUS telah dimulai sejak 2023. Kerja sama ini dipertajam melalui benchmarking dengan pelaku bisnis CCS/CCUS di Amerika Serikat, yang diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang kerangka regulasi, potensi pasar, teknologi mutakhir, serta dukungan finansial. “Melalui kerja sama ini, kami berharap penerapan CCS dan CCUS di Indonesia menjadi lebih efektif dan dapat berkembang menjadi bisnis yang menjanjikan,” tambah Fadjar.
Selama kegiatan business best practice di Houston, Pertamina bertemu dengan pemimpin industri CCS/CCUS Amerika Serikat, termasuk ExxonMobil yang baru saja mengakuisisi Denbury Inc., pengembang CCS/CCUS dan enhanced oil recovery. Selain itu, Pertamina mengadakan sharing session di Drilling Support Center dan Pipeline Control Center milik Chevron. Knowledge-sharing session juga diadakan di Occidental Petroleum (Oxy), yang dikenal atas inovasi menuju solusi bahan bakar net-zero. Pertamina dan USAID turut bertemu dengan perwakilan dari Rice University’s Baker Institute for Public Policy dan The Center for Carbon Management in Energy (CCME) di University of Houston.
Retno Setianingsih, Senior Energy Program Specialist USAID/Indonesia, menyatakan bahwa AS berkomitmen mendukung Indonesia dalam menyediakan layanan energi yang andal dan ramah lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi inklusif. “Sebagai bagian dari komitmen ini, USAID memberikan pendampingan teknis guna membantu Indonesia bertransisi menuju ekonomi rendah karbon," kata Retno.
Stella Octaviani Bustan, Sr Expert Investor Relations di Pertamina dan peserta benchmark, menambahkan bahwa kegiatan ini memperkaya wawasan dan kapasitas teknis Pertamina terkait implementasi CCUS. “Keberlanjutan memerlukan kolaborasi dengan banyak pihak, dan kami sangat berterima kasih kepada USAID atas dukungan dalam mewujudkan transisi energi melalui solusi rendah karbon yang mendukung tujuan keberlanjutan lebih luas,” ujar Stella.
Sebagai pemimpin transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 dengan mendukung program yang berdampak langsung pada Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis Pertamina.