- Oleh Wahyu Sudoyo
- Sabtu, 21 Desember 2024 | 14:57 WIB
: Kenya siap menjadi negara pertama yang bergabung dengan Global Blended Finance Alliance (GBFA). Penandatanganan Articles of Agreement (AoA) dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, dengan disaksikan oleh Menteri Pertambangan, Ekonomi Biru, dan Maritim Kenya, Hassan Ali Joho, Jakarta, Kamis, (17/10/2024). Foto. Humas Kemenko Marves RI.
Oleh Fatkhurrohim, Jumat, 18 Oktober 2024 | 09:16 WIB - Redaktur: Untung S - 357
Jakarta, InfoPublik — Kenya resmi menjadi negara pertama yang bergabung dengan Global Blended Finance Alliance (GBFA), sebuah inisiatif internasional yang dipimpin oleh Indonesia untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) dan aksi iklim. Aliansi ini diharapkan menjadi solusi inovatif bagi negara berkembang dalam memobilisasi dana yang sangat dibutuhkan. Kenya telah menyatakan komitmen kuatnya untuk mendukung platform ini.
Penandatanganan Articles of Agreement (AoA) dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, dengan disaksikan oleh Menteri Pertambangan, Ekonomi Biru, dan Kemaritiman Kenya, Hassan Ali Joho, serta sejumlah pejabat tinggi lainnya, Kamis (17/10/2024) di Jakarta.
GBFA merupakan inisiatif yang pertama kali dibentuk oleh Indonesia selama Presidensi G20 pada tahun 2022, bekerja sama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Luar Negeri. Aliansi ini bertujuan mengatasi kesenjangan pembiayaan iklim dan pembangunan yang diperkirakan mencapai USD3 triliun per tahun.
Meskipun terdapat komitmen pembiayaan global sebesar USD100 miliar pada 2022, dana yang tersedia masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak negara-negara berkembang. Hal ini memunculkan urgensi pengembangan platform seperti GBFA.
Menko Luhut menegaskan bahwa bergabungnya Kenya dalam GBFA akan memperkuat kapasitas operasional aliansi itu di tingkat global, terutama di negara-negara Global Selatan. Platform GBFA diharapkan dapat membantu menciptakan skema pembiayaan yang terstruktur, menarik minat investor untuk mendanai proyek-proyek yang terkait dengan SDGs dan aksi iklim.
"Keikutsertaan Kenya dalam GBFA adalah langkah penting untuk memperkuat kolaborasi internasional dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan mengatasi perubahan iklim," ujar Luhut.
Menteri Hassan Ali Joho menyampaikan bahwa Kenya sangat mendukung konsep blended finance yang diusung oleh GBFA. Menurutnya, pendekatan ini menjadi kunci dalam mengatasi tantangan pembiayaan di negara berkembang.
"Kenya melihat GBFA sebagai platform yang sangat penting untuk membuka peluang pembiayaan yang inovatif dan berkelanjutan," ujar Menteri Hassan.
Selain dukungan Kenya, GBFA juga telah mendapatkan sokongan dari mitra pengetahuan global, termasuk United Nations Development Programme (UNDP), Tony Blair Institute for Global Change, dan United in Diversity. Mitra-mitra ini berperan dalam membantu GBFA merumuskan strategi inovatif guna mendukung negara berkembang dalam mencapai SDGsdan memitigasi dampak perubahan iklim.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, menegaskan bahwa GBFA bukan hanya tentang investasi finansial, tetapi juga mencerminkan upaya global dalam mewujudkan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.
"Kami berharap lebih banyak negara yang sejalan dengan visi ini untuk bergabung, karena langkah-langkah yang diambil hari ini akan dikenang oleh generasi mendatang," ujar Nani.
Dengan adanya platform GBFA, diharapkan lebih banyak investasi dan solusi pembiayaan inovatif dapat dimobilisasi untuk mempercepat pencapaian SDGs dan aksi iklim di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang yang menghadapi tantangan besar dalam pembiayaan pembangunan.