- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Jumat, 20 Desember 2024 | 21:31 WIB
: Foto: Dok. OJK
Jakarta, InfoPublik – Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 September 2024 menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, sementara pasar keuangan mengalami penguatan, didorong oleh sentimen positif dari siklus penurunan suku bunga bank sentral global. Meski demikian, prospek aktivitas perekonomian dunia diperkirakan melemah.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers hasil RDK di Jakarta, Selasa (1/10/2024).
Mahendra menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di banyak negara utama menunjukkan penurunan yang serentak (synchronized slowdown). Di Amerika Serikat, The Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2024, disertai peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan inflasi. Sementara di Tiongkok, momentum pemulihan ekonomi melambat karena sektor produksi yang sebelumnya menopang pertumbuhan menghadapi tekanan.
"Penurunan aktivitas manufaktur mendorong tingkat pengangguran di Tiongkok ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, termasuk peningkatan signifikan dalam tingkat pengangguran muda (youth unemployment). Di Eropa, tekanan ekonomi semakin terlihat dari penurunan proyeksi pertumbuhan dan inflasi yang meningkat," ujar Mahendra.
Situasi ini mendorong bank sentral global untuk memulai siklus penurunan suku bunga yang agresif. The Fed menurunkan Fed Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps), yang sebelumnya hanya dilakukan saat krisis keuangan global 2008 dan pandemi 2020. Di Tiongkok, People's Bank of China (PBoC) juga mengambil langkah serupa dengan menurunkan suku bunga kebijakan.
Selain itu, Gubernur PBoC berjanji akan melanjutkan kebijakan akomodatif, seperti menurunkan GWM sebesar 50 bps untuk meningkatkan likuiditas perbankan, menurunkan uang muka pembelian rumah, serta memperpanjang dukungan terhadap sektor properti selama dua tahun.
Di Eropa, ECB dan Bank of England juga memulai siklus penurunan suku bunga. Kebijakan moneter global yang akomodatif ini mendorong peningkatan likuiditas di pasar keuangan global, tercermin dari penguatan di banyak negara. Aliran modal ke pasar keuangan emerging market, termasuk Indonesia, mulai meningkat.
Mahendra juga memaparkan bahwa kinerja ekonomi domestik masih stabil di tengah penurunan ekonomi global. Inflasi Indonesia terkendali, terutama dengan inflasi pangan yang mulai stabil, dan neraca perdagangan mencatat surplus yang meningkat sejak Juli 2024.
"Selain itu, langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 6 persen diharapkan dapat meningkatkan likuiditas di perekonomian domestik dan memperkuat kapasitas lembaga jasa keuangan (LJK) dalam menyalurkan pembiayaan," pungkas Mahendra.