- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Jumat, 22 November 2024 | 23:28 WIB
: Mendag Zulkifli berkesempatan berkeliling area pameran dan berdialog dengan beberapa petani kakao Indonesia. pada CAA-ICCE di SIngapura/ foto: Humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Jumat, 13 September 2024 | 11:44 WIB - Redaktur: Untung S - 242
Jakarta, InfoPublik – Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen mendukung pertumbuhan industri kakao dan cokelat di Indonesia. Ini merupakan salah satu program andalan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani kakao serta mendorong industri kakao berkelanjutan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pelaku industri yang tergabung dalam Cocoa Association of Asia (CAA), diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan sektor kakao.
Saat berbicara dalam pertemuan dengan pelaku usaha kakao internasional di Singapura pada Cocoa Association of Asia-International Cocoa Conference Exhibition (CAA-ICCE) 2024, Zulkifli Hasan menjelaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha dalam mengembangkan sektor kakao di Indonesia. Pertemuan itu berlangsung di Raffles City Convention Center pada 12-13 September 2024.
“Melalui pengembangan industri kakao, pemerintah ingin meningkatkan daya beli masyarakat, terutama petani kakao. Ini adalah salah satu program utama pemerintah untuk mendukung kesejahteraan petani kakao,” ujar Zulkifli Hasan dalam pernyataan resmi yang diterima pada Jumat (13/9/2024).
Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa Indonesia adalah salah satu penghasil kakao terbesar di dunia, tetapi menghadapi sejumlah tantangan seperti penurunan produksi biji kakao akibat penuaan tanaman, penyakit, hama, serta dampak perubahan iklim. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah telah mendorong penggunaan bibit kakao unggul, memberikan pelatihan teknis bagi petani, serta menyediakan infrastruktur dan peralatan yang memadai.
“Pemerintah juga akan membagi kluster di sektor pertanian untuk memetakan wilayah dengan potensi produksi komoditas unggulan, termasuk kakao,” tambahnya.
Langkah lain yang diambil oleh pemerintah adalah memberikan tugas tambahan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk mengelola komoditas kakao dan kelapa, selain kelapa sawit. Selain itu, pemerintah berencana melakukan rehabilitasi perkebunan kakao dan mendorong hilirisasi produk berbahan dasar kakao.
Zulkifli Hasan juga menyoroti peluang besar bagi industri cokelat artisan di Indonesia untuk berkembang lebih jauh, baik di pasar domestik maupun internasional. Indonesia saat ini memiliki sekitar 39 produsen cokelat artisan dalam skala UMKM yang menghasilkan produk cokelat berkualitas tinggi dengan cita rasa khas dan premium.
Industri cokelat artisan ini memiliki keunggulan dalam memproduksi cokelat dengan asal-usul tunggal (single origin), yang menarik perhatian konsumen premium di pasar global. Pemerintah mendukung pengembangan sektor ini sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk kakao Indonesia.
Zulkifli Hasan mengapresiasi Cocoa Association of Asia (CAA) atas kesempatan bertemu dan berdiskusi mengenai tantangan dan peluang sektor kakao global. Ia berharap CAA dapat berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kapasitas petani kakao melalui pelatihan, transfer teknologi, dan peningkatan produktivitas.
“Kolaborasi dengan seluruh pihak, termasuk petani, pelaku usaha, dan pemerintah, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan sektor kakao yang berkelanjutan,” tegas Zulkifli.
Dalam pertemuan tersebut, Chairman CAA, Elie Fouché, menyampaikan bahwa pasar Asia memiliki permintaan kakao yang tinggi, namun produksi lokal masih belum mencukupi. Oleh karena itu, produksi kakao di Asia, termasuk Indonesia, perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar.
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Arief Susanto, mengapresiasi upaya pemerintah dalam mendukung pertumbuhan industri kakao di Indonesia. Menurutnya, perubahan kebijakan terkait pajak ekspor biji kakao menjadi retribusi tanpa pungutan tambahan akan meningkatkan daya saing industri kakao Indonesia di pasar global.
Selain itu, pelaku usaha kakao di Indonesia juga siap mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan produksi kakao melalui kemitraan antara pemerintah dan swasta. Arief berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mengatasi penurunan produksi kakao dan memperluas ekspor produk kakao Indonesia.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ke-7 di dunia dengan produksi biji kakao nasional pada 2023 diperkirakan mencapai 180.000 MT. Saat ini, Indonesia juga menempati peringkat ketiga dunia dalam industri pengolahan kakao dengan kapasitas produksi mencapai 700.000 MT per tahun, yang mampu menyerap lebih dari 2.500 tenaga kerja lokal.
Pada 2023, ekspor produk kakao Indonesia mencapai USD1,2 miliar dengan volume 340.14 ribu ton, dengan tujuan utama ekspor ke Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Tiongkok. Sementara itu, Indonesia mengimpor produk kakao senilai USD979 juta pada tahun yang sama.