- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Senin, 2 Desember 2024 | 15:37 WIB
: Peta kawasan industri terpadu Batang (KITB). Foto : Antara
Oleh Dian Thenniarti, Rabu, 7 Agustus 2024 | 21:22 WIB - Redaktur: Untung S - 385
Jakarta, InfoPublik - CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengapresiasi pemilihan dan keberhasilan pengembangan kawasan industri terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai beberapa keunggulan dan faktor potensial.
Pertama, letak geografis di koridor industri utara Pulau Jawa dengan sejumlah komoditas potensial wilayah sekitarnya, terutama dari industri pengolahan.
Berdasarkan BPS, pada periode Januari-Juni 2024, komoditas yang diekspor dari Jawa Tengah didominasi industri pengolahan (94,92 persen), diikuti migas (3,40 persen) dan pertanian (1,67 persen) dengan nilai total USD5.392,14 juta.
Kedua, konektivitas dengan jaringan jalan tol dan kedekatan dengan rel. Ketiga, kedekatan dan konektivitas dengan beberapa infrastruktur logistik seperti Bandara Ahmad Yani (50 km), Pelabuhan Tanjung Emas (65 km), dan Pelabuhan Tanjung Priok (5 jam). Keempat, kedekatan dengan sumber pasokan energi, yaitu PLTU dan PLTS.
"Dengan mempertimbangkan berbagai aspek strategis maupun teknis serta potensinya, SCI merekomendasikan pengembangan KITB dengan menggunakan master plan berdasarkan enam aspek," ujar Setijadi pada Rabu (7/8/2024).
Keenam aspek yang dimaksud adalah pertama, orientasi pengembangan berdasarkan pemetaan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) untuk komoditas potensial wilayah sebagai strategi pengembangan kawasan industri yang efisien dan berkelanjutan.
Kemudian kedua, pengembangan strategi peningkatan output, outcome, dan benefit bagi industri dan ekonomi wilayah dan nasional.
Selanjutnya, ketiga, dengan mempertimbangkan letak KITB yang dekat dengan infrastruktur logistik (pelabuhan, jalan tol, dan rel), fokus pengembangan diarahkan untuk peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur, termasuk modernisasi dan pemanfaatan teknologi informasi.
Keempat, pembangunan dry port untuk memanfaatkan kedekatan dengan jaringan rel dan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi biaya transportasi dan logistik.
Kelima, pembangunan logistics center sebagai shared facilities dan pusat konsolidasi bagi industri di KITB untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan logistik.
Keenam, pemanfaatan teknologi informasi untuk memantau aktivitas logistik dan pergerakan komoditas antar pelaku usaha, termasuk untuk pemantauan secara real-time.
Sebagai informasi, kawasan industri terpadu Batang (KITB) yang dibangun tanpa menggunakan rencana induk pembangunan (master plan), semula merupakan permintaan Presiden Jokowi untuk menampung sejumlah industri yang hengkang dari China. Saat itu industri-industri tersebut belum ada satu pun yang masuk ke Indonesia.