Tingkatkan Produksi Gula Dalam Negeri lewat Penguatan Ekosistem Pangan

: Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mengunjungi Pabrik Gula (PG) Krebet Baru di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada Kamis (4/7/2024)/Foto : Humas Bapanas


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Jumat, 5 Juli 2024 | 11:48 WIB - Redaktur: Untung S - 368


Jakarta, InfoPublik – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendukung penguatan ekosistem gula nasional dengan menetapkan dan menjaga harga yang baik di tingkat produsen agar meningkatnya produksi dalam negeri dan pasokan gula konsumsi untuk kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mengunjungi Pabrik Gula (PG) Krebet Baru di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada Kamis (4/7/2024).

"Ekosistem gula nasional itu harus terus diperkuat. Salah satunya bersama teman-teman Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI). Dengan harga yang baik, petani bisa mensuplai juga ke pabrik gulanya. Jadi petani happy, pabrik gula semakin modern, dan kebutuhan dalam negeri pun tercukupi. Ini luar biasa," ujar Arief dalam siaran pers yang diterima InfoPublik pada Jumat (5/7/2024).

Arief menyampaikan bahwa pemerintah akan selalu memperhatikan produksi gula dalam negeri yang dihasilkan dari pabrik-pabrik gula daerah. Salah satu contohnya adalah pabrik gula Krebet Baru yang menjadi penghasil gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia.

"Saya selalu sampaikan ke pemerintah daerah bahwa pabrik gula seperti Krebet Baru ini, harus kita jaga bersama, karena ini yang menghidupi petani tebu yang ada di sekitar Malang dan sekitarnya. Apalagi PG Krebet Baru ini adalah salah satu pabrik gula milik BUMN yang terbesar. Tadi kita lihat gilingnya sudah 5,1 juta kuintal. Itu capaian yang luar biasa," ucap Arief.

Kepala Bapanas itu menambahkan bahwa pihaknya terus menjaga harga ditingkat petani dan masyarakat dengan membuat ekosistem gula yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Namun, guna mensukseskan kebijakan ini, perlu adanya sinergi antara pemerintah daerah dan petani tebu.

"Apa yang telah kita kerjakan selama ini mulai membuahkan hasil. Yang pertama adalah membangun ekosistem pangan, khususnya gula, mulai dari tebu diproduksi kemudian sampai dengan jadi gula. Gula ini di tingkat petani harganya kita jaga, kemudian sampai dengan di hilir, harganya juga kita jaga dengan baik. Kalau petaninya giat untuk tanam dan harganya baik, sehingga gairah nandurnya terus ada dan hasilnya semakin baik, kemudian dibeli dengan harga yang baik, sehingga nanti ke depan seluruh petani dapat meningkatkan produksinya,” tambah Kepala Bapanas.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam “Statistik Tebu Indonesia 2022” yang diterbitkan pada November tahun lalu, produksi gula pada tahun 2022 mencapai 2,4 juta ton dengan sebagian besar disokong oleh perkebunan rakyat sebesar 63 persen dan selebihnya perkebunan swasta 27 persen serta perkebunan besar negara 10 persen. Untuk itu, kemitraan pemerintah dengan para petani tebu rakyat penting untuk terus dijalin dengan baik.

Arief pun berkomitmen menciptakan titik keseimbangan harga dengan pihaknya telah menghitung struktur biaya secara kolaboratif, yang kemudian ditetapkan melalui kebijakan relaksasi gula konsumsi dari tingkat produsen sampai konsumen.

Sejak April 2024, harga gula konsumsi di tingkat produsen Rp14.500 per kilogram (kg) dan di tingkat retail atau konsumen Rp17.500 per kg. Sementara untuk daerah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, dan wilayah 3TP (Tertinggal, Terluar, Terpencil, dan Perbatasan), harga gula konsumsi di tingkat retail atau konsumen Rp18.500 per kg.

Sebelumnya relaksasi harga gula konsumsi berakhir pada 30 Juni 2024 dan terus diperpanjang kembali sampai dengan terbitnya Peraturan Badan Pangan Nasional tentang Perubahan Kedua atas Perbadan Nomor 11 Tahun 2022 yang mengatur HAP Gula Konsumsi. Demikian isi warkat Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA Nomor 425/TS.02.02/B/6/2024 tanggal 26 Juni 2024. 

Ketua Umum Pusat Koperasi Petani Tebu Rakyat Hamim Holili mengapresiasi kinerja pemerintah khususnya Bapanas dalam penetapan harga gula di tingkat petani yang membuat para petani semangat dalam menanam.

"Harga (gula) ini tadi seperti yang disampaikan Kepala Bapanas, dari Rp9.000 sekian per kilo, kemudian sekarang Rp14.500 per kilo. Itu angka yang sangat bagus untuk petani. Kepastian dari petani ada dan untuk sekarang bergairah petani. Petani senang bahagia karena hadirnya pemerintah, hadir dengan adanya Bapanas," ucap Hamim.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikun yang hadir membersamai visitasi di PG Krebet Baru mengatakan kepentingan petani saat ini harus diperhatikan pemerintah karena berkaitan dengan produktivitas.

"Nah sekarang mulai tahun yang lalu semenjak Pak Arief di Bapanasl, harga gula diperhatikan, pabrik-pabrik diperhatikan supaya ada revitalisasi, maka sedikit demi sedikit dan hari ini sudah kelihatan tanaman petani itu sekarang menjadi lebih baik," ungkap Soemitro.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 13 September 2024 | 01:46 WIB
Mendes PDTT Apresiasi Ekspor Anggrek Produksi BUMDesma ke Amerika Serikat
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 12 September 2024 | 21:46 WIB
Pertamina Call Center 135 Raih Platinum Best Agent, Pelanggan Adalah Sahabat
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 11 September 2024 | 22:05 WIB
Elnusa Rayakan HUT ke-55: Percepat Inovasi dan Keunggulan di Sektor Energi Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 11 September 2024 | 22:03 WIB
PHR Berhasil Raih Enam Penghargaan di SKK Migas Award 2024
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 11 September 2024 | 21:59 WIB
Pertamina Percepat Dukungan Perhutanan Sosial dengan 13 Perjanjian Kerja Sama Baru
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 11 September 2024 | 21:50 WIB
PGE Perkenalkan Paradigma Baru Pengembangan Energi Panas Bumi Indonesia di ISF 2024