Kenaikan Peringkat TTDI Indonesia Dorong Pengembangan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

: Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya, dalam


Oleh Untung S, Selasa, 2 Juli 2024 | 18:46 WIB - Redaktur: Untung S - 157


Jakarta, InfoPublik – Kenaikan peringkat Travel & Tourism Development Index (TTDI) Indonesia yang signifikan menjadi dasar pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di masa depan.

Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam "The Weekly Brief With Sandi Uno" di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2024), menyatakan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah mengkaji dampak kenaikan peringkat TTDI. Hasil kajian itu menghasilkan beberapa rekomendasi untuk pengembangan parekraf Indonesia di masa mendatang.

"TTDI merupakan salah satu indikator kinerja utama Kemenparekraf selain jumlah wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara, nilai tambah dan nilai ekspor ekonomi kreatif, jumlah tenaga kerja, dan devisa. Indeks itu memudahkan perbandingan Indonesia dengan 119 negara lainnya karena menggunakan indikator yang sama," kata Nia.

Nia menyebutkan bahwa beberapa indikator TTDI yang perlu ditingkatkan di Indonesia meliputi kesehatan dan kebersihan (health and hygiene), layanan dan infrastruktur pariwisata (tourist service and infrastructure), kesiapan ICT (ICT readiness), keterbukaan terhadap pariwisata dan perjalanan (openness to T&T), serta sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja (human resources and labour market) dan keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability).

"Walaupun tidak semua berada di bawah kewenangan Kemenparekraf, ini adalah usaha bersama yang harus kita lakukan," lanjut Nia.

Diperlukan kolaborasi yang kuat antara pihak-pihak terkait untuk mempertahankan pilar penilaian yang sudah memadai dan meningkatkan pilar yang masih perlu diperbaiki.

"Kita harus fokus berkoordinasi dan berkolaborasi antar Kementerian dan Lembaga (KL) serta pentahelix," tambahnya.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Dessy Ruhati, menekankan bahwa peningkatan dan pengelolaan pilar-pilar penilaian TTDI ini merupakan tanggung jawab bersama antar kementerian dan lembaga. Menurut Dessy, hanya 30 persen dari indikator TTDI yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf.

"Langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan bersama melalui strategi kolaborasi lintas sektoral. Mengingat hanya 30 persen indikator yang menjadi tugas Kemenparekraf, 70 persen lainnya terkait dengan tugas kementerian dan sektor lain," ujar Dessy.

Pendiri Pusat Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (ITB), Myra P. Gunawan, mengungkapkan bahwa peningkatan peringkat TTDI ini bisa menjadi dasar pengembangan dan penguatan infrastruktur penunjang sektor parekraf di Indonesia. "Ranking itu merupakan potential drivers to such development," ungkap Myra.

Guru Besar Geografi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. M. Baiquni, menambahkan bahwa pengembangan sektor parekraf harus dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. Hal ini untuk memastikan kunjungan wisatawan tersebar dengan merata dan tidak hanya terpusat di destinasi tertentu saja.

"Kita mulai mengalami overtourism di beberapa destinasi seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Kadang-kadang terjadi kemacetan luar biasa dan ini masalah yang perlu diatasi," ujar Baiquni.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Rabu, 20 Maret 2024 | 05:07 WIB
Fenomena Revenge Travel Diprediksi Menurun pada 2024