:
Oleh lsma, Sabtu, 1 April 2023 | 13:39 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 624
Jakarta, InfoPublik - Kawasan ASEAN memiliki potensi dan prospek yang lebih menjanjikan, di tengah situasi global yang penuh dengan ketidakpastian. Kolaborasi dan kerja sama yang kuat antarnegara anggota ASEAN harus dilakukan untuk menahan risiko yang dapat menjadi ancaman bagi perekonomian kawasan.
"ASEAN tetap menjadi titik terang dan tempat stabilitas ekonomi global di tengah lingkungan global yang menantang dan kompleks," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers bersama 1st ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors/AFMGM 2023 di Nusa Dua, BAli, Jumat (31/3/2023).
Sri Mulyani menjelaskan, adapun saat ini terdapat tantangan global yang mencakup risiko penurunan dari tekanan inflasi yang terus tinggi, ketidakpastian atas ketegangan di Eropa, fragmentasi geopolitik, pengetatan pembiayaan global yang dapat semakin memperburuk kesulitan utang, serta runtuhnya bank di Amerika Serikat dan Eropa.
Maka dari itu, lanjut Menkeu, tema Keketuaan ASEAN 2023 sangat penting, yaitu ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Dengan tema ini, Indonesia ingin menunjukkan bahwa ASEAN tetap relevan, strategis, dan penting.
Indonesia juga ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dan dunia dalam tiga dorongan strategis di Keketuaan Indonesia, yaitu pemulihan dan pembangunan kembali, ekonomi digital, dan keberlanjutan. Prioritas Indonesia dalam Keketuaan ASEAN tahun ini dirumuskan berdasarkan kesinambungan dan perubahan.
Menurut Menkeu, Indonesia juga fokus pada penyelesaian komitmen ASEAN yang ada, seperti dalam cetak biru saat ini sekaligus menekankan pentingnya mempersiapkan inisiatif baru untuk mengatasi berbagai tantangan yang berkembang di kawasan dan dunia.
"Kami percaya bahwa prioritas Keketuaan ASEAN tahun ini tepat waktu dan penting, serta dibutuhkan dalam kondisi global yang penuh tantangan seperti saat ini," tutur Menkeu.
Pada AFMGM tahun ini, para anggota menyambut tema Keketuaan ASEAN Indonesia pada tahun 2023, yaitu 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth", dengan tiga dorongan strategis: (i) pemulihan dan pembangunan kembali, (ii) ekonomi digital, dan (iii) keberlanjutan. Sejak 28 Maret 2023, total 13 pertemuan tingkat tinggi (HLM) telah diadakan dengan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan serta Deputi.
Sejalan dengan tema, Epicentrum of Growth, ASEAN secara kolektif memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas makroekonomi. Misalnya, ekonomi ASEAN-5 tumbuh sebesar 5,3% tahun lalu, dan secara kolektif diperkirakan menjadi 4,6% tahun ini dan meningkat menjadi 5,6% pada tahun 2024. Pertumbuhan ini antara lain akan terus berlanjut didukung oleh konsumsi, perdagangan, dan investasi yang kuat, serta perdagangan terbuka dan investasi ke negara lain. Meskipun demikian, ASEAN dan global masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain dampak rambatan (spillover) dari perkonomian global, suku bunga tinggi, inflasi tinggi, serta ketidakpastian keuangan global.
ASEAN perlu menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan kerja sama yang kuat, yang tergambar dalam Prioritas Ekonomi Indonesia (Priority Economic Deliverables/PED), untuk mengatasi risiko-risiko yang mengancam ekonomi kawasan. Beberapa agenda turunan PED yang berada di bawah koordinasi Kementerian Keuangan adalah kesiapsiagaan kesehatan (health preparedness); pendanaan infrastruktur, perpajakan internasional, kerja sama kepabeanan dan cukai, inklusi keuangan digital untuk UMKM dan keuangan berkelanjutan. Keenam agenda ini akan menguatkan kerja sama dan integrasi kerja sama sektor keuangan di ASEAN di bawah cetak biru 2025 dan akan membantu kawasan merespon tantangan global yang sedang dihadapi bersama untuk memastikan pemulihan ekonomi ASEAN.
Untuk menghadapi berbagai tantangan di ASEAN, ada 3 prioritas terkait agenda bank sentral. Pertama, memperkuat bauran kebijakan makroekonomi untuk menghadapi limpahan global dalam rangka mendukung stabilitas makroekonomi dan keuangan serta mendukung pemulihan dan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Mempertimbangkan sifat tantangan yang multidimensi dan kompleks yang saat ini dihadapi kawasan ini, pertemuan tersebut menyoroti perlunya memperkuat bauran kebijakan yang mencakup reformasi fiskal, moneter, makroprudensial, dan juga struktural.
Kedua, memperluas Regional Payment Connectivity (RPC) di antara anggota ASEAN dengan cepat. Tahun lalu, di bawah Presidensi G20 Indonesia, 5 bank sentral ASEAN (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina) telah menandatangani MOU mengenai interkonektivitas dan interoperabilitas lintas batas, penggunaan QR, pembayaran cepat dan LCT. Melalui RPC, anggota ASEAN berupaya menyediakan sistem pembayaran yang mulus, cepat, dan efisien untuk seluruh kawasan ASEAN.
Ketiga, pentingnya memitigasi risiko yang dapat muncul dari digitalisasi sistem pembayaran melalui penguatan regulasi, pengawasan, adopsi standar internasional, serta perlindungan konsumen. Keempat, memperkuat ketahanan keuangan, antara lain melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN.
Para Menteri dan Gubernur Bank Sentral kemudian menyetujui Pernyataan Bersama (Joint Ministrial Statement/JMS) yang berisi perkembangan, pencapaian, dan kesepakatan bersama atas agenda-agenda tersebut.
Selain diskusi terkait kebijakan, pertemuan AFMGM juga merupakan suatu kesempatan untuk mempromosikan keragaman budaya Indonesia. Dengan tema hospitality “Discover Indonesia", rangkaian pertemuan ini secara khusus menunjukkan seni dan budaya Indonesia Bagian Tengah dan Timur.
Selain itu, delegasi dapat mengunjungi pameran UMKM produk berkualitas dari Indonesia Tengah dan Timur, serta menikmati kopi khas Indonesia. Perkenalan keragaman budaya Indonesia selama pertemuan tersebut menunjukkan bagaimana solidaritas dapat dicapai di tengah perbedaan, dan bagaimana kolaborasi dalam komunitas ASEAN yang beragam dapat mendukung kemajuan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global.
Hasil pertemuan AFMGM pertama akan dilaporkan ke KTT ASEAN ke-42 yang akan diselenggarakan pada Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, yang kemudian akan dilanjutkan dengan AFMGM kedua pada Agustus 2023 di Jakarta.
Berbagai agenda diskusi di Jalur Keuangan Pilar Ekonomi diharapkan dapat menghasilkan hasil konkret yang bermanfaat signifikan dan berdampak positif bagi negara-negara di kawasan ASEAN.
Foto: Tangkapan Layar Kanal Youtube Kemenkeu RI