:
Oleh Untung S, Sabtu, 8 Mei 2021 | 07:55 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 2K
Lombok Timur, InfoPublik - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno, sangat mengapresiasi konsep desa wisata yang dijalankan sepenuhnya oleh Desa Wisata Kembang Kuning, Kecamatan Sikur, Lombok Timur.
Dengan menjalankan sepenuhnya konsep tersebut, Desa Wisata Kembang Kuning, kini bisa menjadi sebuah desa mandiri yang bisa mengelola semua potensi sumber daya yang ada, guna kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga desa. Bahkan patut menjadi contoh desa-desa lainnya di Indonesia.
Hal ini disampaikan Sandiaga Uno di hari terakhir kunjungannya ke provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan mengunjungi sejumlah desa wisata salah satunya Kembang Kuning ini, yang merupakan salah satu yang terbaik, bahkan mendapat predikat Desa Wisata Terbaik dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak 2017 lalu.
Yang menjadi daya tarik dari desa wisata ini adalah panorama indah dan homestay yang memiliki karakteristik lokal yang kuat. Wisatawan yang datang ke sini juga diajak untuk lebih dekat dengan masyarakat dengan mengikuti berbagai kegiatan sehari-hari.
Mulai dari pembuatan kopi secara tradisional juga minyak kelapa yang merupakan bagian dari produk ekonomi kreatif andalan desa wisata ini. Dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin, Desa Wisata Kembang Kuning juga telah dinyatakan sebagai daerah hijau karena tidak ada kasus baru COVID-19.
Menparekraf Sandiaga Uno sangat mengapresiasi keberadaan Desa Wisata Kembang Kuning yang terbukti telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat. Sebelum pandemi, desa wisata ini mampu menarik 100 hingga 120 pengunjung wisatawan mancanegara.
"Ini merupakan destinasi unggulan yang dikelola dengan betul-betul mengutamakan kearifan lokal. Saat ini masyarakat tengah bertransformasi ke wisatawan nusantara. Ini adalah langkah konkret yang bisa kita kolaborasikan untuk memulihkan kembali perekonomian masyarakat, membangkitkan pariwisata dan membuka lapangan kerja serta mendorong produk-produk ekonomi kreatif lokal," kata Sandiaga di Kembang Kuning, Lombok Timur, Jumat (7/5/2021).
"Dengan fokus pada pariwisata berbasis alam terbuka dan budaya, kita harapkan hadirnya pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Saya titip ke Pak Gubernur agar lebih banyak dikembangkan desa wisata seperti Kembang Kuning ini di Lombok Timur dan juga NTB," lanjut Sandiaga.
Sementara itu Direktur Pengembangan Destinasi II Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Gunawan, menambahkan, desa wisata merupakan entitas destinasi dalam skala spasial/geografis yang kecil.
Unsur ekosistem desa wisata terkait sama dengan destinasi, atraksi, amenitas, akses, pelayanan, manajemen, regulasi/etika sosial, masyarakat, usaha/kelompok bisnis masyarakat termasuk rantai pasok lokal.
"Membangun desa wisata berarti membangun ekosistem pariwisata. Hal ini yang jadi fokus Kemenparekraf/Baparekraf dalam pengembangan desa wisata agar seluruh ekosistem sebagai pembentuk bertransformasi dan harus dipastikan ke arah pengelolaan yang berkelanjutan," kata Wawan Gunawan.
Unit Usaha Mandiri
Sementara itu Kepala Desa Kembang Kuning, Lalu Sujian, di tempat yang sama mengungkapkan pihaknya bersama seluruh warga berkomitmen menghadirkan desa wisata yang ramah lingkungan, sehingga bisa menjadi sebuah keberlanjutan yang akan terus terjaga.
"Di sini tidak ada anak-anak muda desa yang menganggur, semua ikut serta dalam pengelolaan desa wisata ini bersama seluruh masyarakat," ungkap Sujian.
Keterlibatan seluruh masyarakat dan pemuda desa menurut Sujian terlihat dengan hadirnya sejumlah unit-unit usaha mandiri hingga unit pengelolaan bantuan bagi warga kurang mampu.
"Mulai dari homestay, koperasi hingga pengelolaan keuangan desa semua mandiri bekerja sama dengan sejumlah perbankan, bahkan di sini kami hadirkan warung sodaqoh," ujarnya.
Apa itu warung sodaqoh, Sujian menjelaskan warung ini menjadi sarana warganya untuk saling berbagi dengan warga lain yang kurang mampu, warga yang ingin bersodaqoh bisa berupa barang kebutuhan pokok atau bebentuk uang yang dititipkan ke warung sodaqoh.
"Ini juga mengajarkan kepada kami semua arti goyong royong juga kejujuran, karena warga yang kurang mampu tinggal mengambil ke warung sodaqoh sesuai kebutuhannya sehingga warga lain bisa turut merasakannya," tutur Sujian.
Sebelum pandemi COVID-19 melanda dunia, Sujian mengaku desa wisata yang dipimpinnya selalu dikunjungi lebih dari 200 orang wisatawan mancanegara (Wisman) belum termasuk wisatawan domestik yang juga banyak berkunjung saat akhir pekan.
Banyaknya kunjungan ini bukan hanya menaikkan pendapatan desa dan warganya, namun juga menumbuhkan jiwa ekonomi kreatif dengan menghasilkan berbagai produk unggulan dari hasil bumi yang ada, mulai dari kuliner, makanan ringan, hingga kerajinan tangan termasuk souvenir.
Ke depan Sujian berharap dukungan yang diberikan pemerintah melalui Kemenparekraf bisa terus ada sehingga keberlangsungan desa wisata ini bisa makin banyak memberikan manfaat.
"Terima kasih Bapak Menparekraf sudi mampir ke desa kami, mudah-mudahan usaha Bapak Menteri dan kita semua bisa mempercepat pemulihan pariwisata akibat pandemi," pungkasnya.
(Foto: Dok. Biro Komunikasi Kemenparekraf/Untung Sutomo/Istimewa)