Kompetisi EPPIC Ciptakan Solusi Masalah Sampah Laut

:


Oleh Baheramsyah, Rabu, 17 Maret 2021 | 09:23 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 787


Jakarta, InfoPublik - Untuk menggali inovasi bagi pengurangan sampah di laut, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti, secara resmi me-launching kompetisi tingkat regional ASEAN bertajuk “Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC)” Fase II-Indonesia yang dirangkaikan dengan Talkshow bertema “72 Thousand Dollars Idea to Combat Plastic Waste”, di Jakarta, Selasa (16/3).

"Kompetisi EPPIC merupakan ajang bagi para inovator untuk menciptakan solusi terbaik bagi permasalahan sampah laut yang kompleks, dan memberikan solusi nyata bagi Indonesia maupun negara ASEAN lainnya," ungkap Nani.

Menurutnya, sampah di laut merupakan permasalahan global, seluruh negara di dunia perlu turun tangan melakukan action yang konkret terhadap permasalahan ini.

Pemerintah Indonesia telah menyadari bahwa sebagai negara kepulauan Indonesia sangat rentan terhadap isu sampah plastik di laut. Dan pemerintah telah mengambil langkah konkrit seperti penerbitan Peraturan Pemerintah No. 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

Tidak hanya itu, bahkan telah dibentuk Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) yang terdiri dari 16 Kementerian/Lembaga terkait demi implementasi nyata untuk penanganan sampah di laut.

Aksi kolaboratif ini menjadikan target penurunan sampah plastik laut hingga 70 persen pada tahun 2025 perlahan bergerak nyata. Pada dua tahun terakhir, kolaborasi ini telah menciptakan pengurangan sampah plastik di laut hingga 15,3 persen. Kerja sama ini tentu perlu ditingkatkan terus hingga mencapai hasil yang maksimal.

"Kompetisi EPPIC yang telah diselenggarakan di Thailand dan Vietnam ini telah melahirkan banyak inovasi, dan kini diselenggarakan di Indonesia, khususnya di Mandalika yang telah ditetapkan sebagai lokasi kompetisi. Hal ini sejalan dengan kebijakan penetapan Mandalika sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas yang mana perlu didukung dengan berbagai inovasi untuk menjaga kualitas lingkungan dan lautnya dari polusi sampah plastik," lanjut Nani.

Inovasi dan solusi dengan teknologi yang mudah diimplementasikan, nanti akan menjadi solusi bukan hanya penanganan sampah di Indonesia, tapi menjadi bagian dari solusi bagi berbagai negara pesisir di Asean.

Karakteristik lokal tentu akan menjadikan inovasi yang lahir begitu beragam. Tentu pula diharapkan kompetisi ini melahirkan solusi inovatif, mendorong timbulnya sirkulasi ekonomi masyarakat lokal dan berbagai model bisnis, sehingga memiliki nilai lebih dan meningkatkan daya tarik bagi masyarakat untuk terus bergotong royong memikirkan solusi dari sampah di laut.

"Mandalika, tentu diharapkan dapat lahir dari sana berbagai inovasi cemerlang, dan pasti mampu meningkatkannya, terutama masyarakat yang telah peduli dengan permasalahan ini," tegasnya.

Diharapkan, berbagai networking juga terbentuk demi komunikasi yang lebih baik, baik secara lokal maupun global demi laut yang bebas sampah.

Sebagai penutup, Nani secara resmi meresmikan pembukaan kompetisi ini dan diluncurkannya website resmi pendaftaran kompetisi EPPIC seri dua ini.

Turut hadir pula sebagai pembuka acara Ibu Sophie Kemkhadze, Representatif Deputi Residen UNDP Indonesia, Zulkieflimansyah, Gubernur Nusa Tenggara Barat, dan Vegard Kaale, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia. Selain itu, turut mengisi acara Nguyen Vo, CEO dari Green Joy, Bambang Suwerda, Founder Bank Sampah 'Gemah Ripah', dan Regula Schegg, Managing Director of Circulate Capital.

"Telah merayakan hari Perempuan Internasional minggu lalu, kini kita harus pula mampu menyejahterakan tidak hanya perempuan, tetapi seluruh masyarakat pesisir dengan laut yang bebas dari sampah," tegas Sophie.

Kompetisi EPPIC fase dua ini mencari solusi-solusi inovatif yang dapat menciptakan ekonomi sirkular melalui pencegahan limbah plastik dan polusi di tingkat lokal, dimana dicari solusi inovatif yang berbentuk Aplikasi seluler, Material baru untuk menggantikan plastik sekali pakai, Drone, visualisasi data, atau alat crowd-sourcing, Mekanisme tata Kelola, Produk alternatif yang dapat didaur ulang 100%, Produk berkualitas tinggi yang meningkatkan nilai ekonomis polimer daur ulang, dan Kampanye perubahan perilaku masyarakat yang berbentuk concept note terkait inovasi mereka untuk permasalahan sampah plastik di laut.

Kemudian 15 finalis akan terpilih dan akan diberikan pelatihan inkubasi sebelum pelaksanaan final pada September untuk memilih 4 besar, 2 di Indonesia, dan 2 di Filipina. Masing-masing pemenang akan mendapatkan Pendanaan awal sebesar USD$18,000 sebagai insentif untuk mengimplentasikan inovasinya. Kompetisi yang telah dibuka ini akan berlangsung pendaftarannya hingga akhir Maret, 2021.

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Rofi Alhanif menyampaikan pesan penutup.

"Semoga kompetisi ini dapat menjadi ajang promosi Mandalika sebagai bagian dari DPSP, dan memberikan rekomendasi inovasi terkait permasalahan sampah di lokasi pariwisata ini," tutur Asdep Rofi.

Dengan penuh apresiasi, diharapkan kompetisi ini dapat berjalan dengan baik dan maksimal.