:
Oleh Baheramsyah, Selasa, 4 Juli 2017 | 14:30 WIB - Redaktur: Juli - 1K
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengingatkan pembudidaya ikan untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya penyakit TiLV yang mengancam ikan jenis Tilapia (Nila dan Mujair) baik yang dibudidayakan maupun di perairan umum.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan, peringatakan itu menyusul sudah banyak negara yang terjangkit penyakit tersebut, seperti Israel, Ekuador, Mesir dan Kolombia sedangkan di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand dilaporkan juga telah terjangkit penyakit ini.
Untuk itu Slamet mengingatkan bahwa ancaman penyakit tersebut cukup serius. Melalui peringatan tersebut diharapkan para pelaku industri perikanan lebih waspada, sehingga bisa mencegah penyakit TiLV masuk ke Indonesia.
"KKP terus memonitor dan mencermati perkembangan penyebaran penyakit TiLV yang sudah mulai mendekat ke Indonesia. Berbagai langkah pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah," ujar Slamet dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (4/7).
Dia menjelaskan, langkah-langkah yang perlu diambil antara lain melakukan pengetatan terhadap impor induk, calon induk maupun benih ikan Tilapia dari luar negeri, khususnya dari negara-negara yang sudah terjangkit TiLV.
Kedua, mengingatkan dan terus mendorong para pembudidaya agar menerapkan prinsip-prinsip cara pembenihan maupun cara budidaya ikan yang baik dengan disiplin dan ketat.
Ketiga, meminta seluruh unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Ditjen Perikanan Budidaya dan Dinas Perikanan provinsi/kabupaten/kota melakukan surveilan serta monitoring penyakit TiLV.
"Keempat, untuk sementara tidak melakukan kegiatan penebaran benih Tilapia di perairan umum," tambah Slamet.
Penyakit TiLV sendiri pertama kali dilaporkan menyerang ikan jenis Tilapia di Danau Kinneret (perairan Galilee) dan ikan budidaya di Israel pada 2009. Beberapa tahun kemudian dilaporkan ikan Tilapia di Ekuador juga mengalami kematian massal dan diketahui ikan-ikan tersebut telah terjangkit TiLV.
Penyakit ini disebabkan oleh serangan Orthomyxo-like virus. Di Israel virus ini diketahui menyebabkan kerusakan otak dan sistem syaraf sedangkan di Ekuador menyebabkan kerusakan hati ikan.
Presentase kematian ikan dalam suatu tempat budidaya akibat virus ini mencapai 80-100 persen. Di negara asal, virus ini telah menyebabkan hancurnya budidaya Tilapia yang menjadi salah satu komoditas andalan usaha bagi masyarakat setempat.
“Berdasarkan fakta ini, maka Tilapia memiliki posisi yang sangat strategis, sehingga pemerintah melalui KKP akan terus berupaya menjaga agar budidaya Tilapia maupun komoditas lainnya aman dari berbagai ancaman baik yang bersifat pathogen maupun non pathogen,” papar Slamet.
Diketahui, produksi Tilapia Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Kenaikan rata–rata produksi yaitu 17,98 persen per tahun, sedangkan nilai produksi rata-rata naik 24,91 persen per tahun. Tahun 2013 produksi Tilapia sebanyak 914,78 ribu ton dengan nilai Rp10,698 trilliun kemudian meningkat pada 2014 menjadi 999,69 ribu ton atau senilai Rp12,389 trilliun dan pada 2015 mencapai 1,084 juta ton dengan nilai Rp21,236 trilliun.
Sementara sisi ekspor, ekspor Tilapia Indonesia pun sudah berhasil menyasar berbagai negara. Negara - negara kawasan Amerika, Eropa dan Asia. Volume ekspor Tilapia tahun 2015 mencapai 14.681 ton senilai 89,7 juta dollar AS dan pada tahun 2016 sebesar 11.879 ton senilai 71,419 juta dollar AS.