Kemenperin Kembangkan Pendidikan Vokasi Industri

:


Oleh Wawan Budiyanto, Sabtu, 22 April 2017 | 21:18 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 921


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembangkan pendidikan vokasi dengan konsep link and match antara pelaku industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai langkah peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang menjadi salah satu pilar utama dalam kebijakan pemerataan ekonomi.

“Langkah tersebut merupakan amanat dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, yang juga untuk menyiapkan tenaga kerja terampil sesuai kebutuhan dunia usaha saat ini,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam siaran resminya kepada Infopublik Sabtu (22/4) saat Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri (link and match industri dengan SMK) wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta di Semarang.

Menurutnya, Indonesia saat ini sampai 10 tahun ke depan masih akan menikmati bonus demografi, di mana mayoritas penduduknya berada pada usia produktif. “Mereka harus menjadi aktor-aktor pembangunan. Jangan sampai menjadi pengangguran yang justru akan membawa dampak sosial yang besar dalam pembangunan,” tegasnya.

Program pendidikan vokasi industri yang diluncurkan oleh Kemenperin sebagai salah satu realisasi visi pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM.

Langkah strategis dalam membangun SDM ke depan perlu digencarkan karena persaingan global yang semakin kompetitif dan akan lebih banyak variasi lapangan pekerjaan. Untuk mengantisipasi hal itu, program link and match antara dunia sekolah dengan pelaku industri, harus dilakukan secara kontinyu dan diperbarui. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah M Arif Sambodo yang mewakili Gubernur Jawa Tengah, menyampaikan pihaknya telah mendorong pelaku industri untuk memanfaatkan program pendidikan vokasi industri. 

“Karena mereka tidak perlu lagi susah cari tenaga kerja. Bahkan, bisa tanpa biaya rekrutmen dan training, sehingga lebih efisien dalam kondisi penuh persaingan saat ini,” jelasnya.

Arif berharap, melalui program tersebut, SMK di Jawa Tengah akan memiliki standar mutu internasional. 

“Karena program ini juga mengadopsi dual system dari negara-negara industri maju, yang akan ikut meningkatkan kualitas guru sekaligus memotivasi kreasi dan inovasi para siswa setelah lulus agar tidak canggung degan dunia kerja,” imbuhnya.

Pada periode 2017-2019, Kemenperin merancang sejumlah kegiatan untuk menyiapkan tenaga kerja industri tersertifikasi sebanyak 1.040.552 orang. Selain melalui pembinaan dan pengembangan SMK yang link and match dengan industri, juga dilaksanakan Diklat 3in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja), pemagangan industri, serta sertifikasi kompetensi. Implementasi program-program tersebut dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait seperti Kadin, Kemristekdikti, dan Kemnaker.

Seperti diketahui, Kemenperin menggandeng sebanyak 117 perusahaan untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan  389 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam upaya menjalankan program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.  

Program tersebut merupakan kelanjutan dari yang telah diluncurkan di Mojokerto, pada 28 Februari 2017 dengan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa Timur.