:
Oleh Baheramsyah, Kamis, 13 April 2017 | 16:37 WIB - Redaktur: Elvira - 909
Jakarta, InfoPublik - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengundang investor untuk mengembangkan tempat penyimpanan ikan menggunakan gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG).
Menteri Susi mengemukakan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk mengembangkan tempat penyimpanan ikan menggunakan LNG seperti yang dikembangkan di Jepang, mengingat banyak tempat di Indonesia yang memiliki sumber gas alam cair.
Dalam siaran pers yang diterima InfoPublik di Jakarta, Kamis (13/4) menyatakan tentang kunjungan Menteri Susi dan rombongan ke perusahaan Japan Super Freeze (JSF) di Miura, Jepang, Selasa (11/4), untuk melakukan studi banding teknologi pengawetan tuna setelah ditangkap.
Menteri Susi tertarik dengan fasilitas penyimpanan perikanan yang menggunakan LNG seperti yang dimiliki JSF karena lebih efisien dan lebih menguntungkan.
Namun Menteri Susi menyadari, pengembangan fasilitas serupa JSF membutuhkan biaya yang tak sedikit, yaitu mencapai sekitar 300 juta dolar AS.
“Untuk itu, kami mengundang investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk ikut berinvestasi guna mewujudkan pembangunan fasilitas tersebut,” ujarnya.
Menurut Presiden JSF Shigeru Hamada, di seluruh dunia hanya JSF satu-satunya yang menggunakan LNG. Hal tersebut dilakukan karena biaya listrik sangat mahal.
Selain itu, ujar Hamada, JSF memiliki pendingin hingga minus 60 derajat celcius yang dapat mempertahankan kualitas daging ikan tangkapan hingga jangka waktu selama berbulan-bulan.
Adapun cold storage atau fasilitas pendingin tempat penyimpanan tangkapan ikan milik Kementerian KKP yang ada di Indonesia hanya memiliki pendingin hingga sekitar minus 20 derajat celcius.
Hamada menambahkan, ikan tuna yang disimpan di JSF merupakan hasil tangkapan dari berbagai negara, dengan Taiwan sebagai pemasok terbesar. Menurut dia, JSF dapat menampung ikan tuna hingga 11 ribu ton.
Sebelumnya, Menteri Susi juga telah menyatakan berencana mengajak pengusaha Jepang agar mau berinvestasi di Indonesia berupa radar canggih pendeteksi semua benda di laut.
Menteri Susi menyebutkan bahwa radar canggih itu juga untuk menghindari kejadian serupa di Raja Ampat yang telah merusak terumbu karang akibat kandasnya kapal MV Caledonian Sky.
"Mau minta radar seperti yang sudah dipasang di Wakatobi, jadi model kapal seperti kemarin di Raja Ampat bisa terdeksi ke mana dari jarak 250 kilometer," kata Menteri Kelautan dan Perikanan.
Dengan demikian, menurut Susi, kapal tersebut juga bisa mendeteksi kapal mana saja yang masuk ke titik yang menjadi bagian dari kawasan konservasi perairan nasional.