:
Oleh Wawan Budiyanto, Jumat, 9 Desember 2016 | 19:50 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K
Jakarta, InfoPublik - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan optimistis dapat mengembalikan kebangkitan industri nasional (reindustrialisasi) mulai tahun 2017.
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, untuk mewujudkan hal tersebut harus ada komitmen kuat mulai dari stakeholders di hulu sampai hilir, pembuat kebijakan, hingga para pelaku industri.
“Saya diamanahkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kembali kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Indonesia,” ucap Airlangga dalam siaran resminya saat acara Focus Group Discussion Industri Pilihan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dalam Kerangka Strategi Industrialisasi Indonesia 2045 (Roadshow I - Institut Pertanian Bogor), Jumat (9/12).
Selain itu katanya, dengan didorong berbagai upaya dan kebijakan pemerintah yang telah dan akan dilakukan, antara lain menciptakan iklim usaha yang kondusif, melakukan deregulasi, menerbitkan paket kebijakan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan penurunan harga gas industri.
“Apabila semua itu berjalan baik, target yang ditetapkan bisa tercapai dengan pertumbuhan industri sebesar 5,4 persen, di atas pertumbuhan ekonomi pada tahun depan,” katanya.
Sementara itu, pertumbuhan industri pada tahun 2016 diproyeksikan sekitar 4,8-5,2 persen.
Ia menambahkan, peningkatan investasi industri dipacu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja.
“Target petumbuhan ekonomi tahun 2017 sekitar 5,2 persen dan tahun 2018 sebesar 7 persen, sedangkan untuk investasi tahun 2017 mencapai Rp 600 triliun dan tahun 2018 sebanyak Rp 800 triliun,” terangnya.
Di dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 yang memuat visi dan misi serta strategi pembangunan industri, pemerintah memiliki beberapa sasaran kuantitatif pembangunan industri secara gradual hingga 2035.
Sasaran tersebut antara lain pertumbuhan sektor industri non migas sebesar 10,5 persen, kontribusi industri non migas terhadap PDB sebesar 30 persen, serta kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor sebesar 78,4 persen atau meningkat dari posisi 2015 yang mencapai 70 persen.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar, untuk mencapai sasaran tersebut, langkah strategisnya dibagi tiga tahap. Pertama, periode 2015-2019, difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah dan mengoptimalkansumber daya alam yang berlimpah di dalam negeri melalui hilirisasi industri.
“Arahnya pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif,” jelasnya.
Kedua, pada kurun waktu 2020-2024 akan difokuskan untuk menjadi keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan. Upaya ini melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas. Kemudian, tahap III tahun 2025-2035, akan menjadikan Indonesia sebagai negara industri tangguh, yang bercirikan struktur industri nasional kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi dan teknologi.