Museum Geopark Menonjolkan Kearifan Lokal

:


Oleh Wawan Budiyanto, Minggu, 4 Desember 2016 | 20:31 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 743


Jakarta, InfoPublik - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, Museum Geopark merupakan bukti warisan geologi yang memadukan unsur alam, kultur, flora dan fauna serta kearifan lokal yang memberikan kesejahteraan masyarakat.

“Museum Geopark Batur menjadi bukti bahwa warisan Geologi yang berpadu dengan kearifan lokal (local wisdom) dan keanekaragaman hayati dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,” kata Jonan dalam siaran resminya Minggu (4/23) saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Bali. 

Ia mengharapkan agar pengelolaan Museum Geopat dapat lebih baik dan memiliki standart internasional.

“Terkait pengembangan Museum Geopark, saya ingin museum-museum yang ada di bawah Kementerian ESDM pengelolaanya lebih bagus. Pengelolaan dengan Standar Internasional," ujar Jonan.

Geopark Batur dikukuhkan sebagai Jejaring Geopark Global (Global Geopark Network/GGN) oleh UNESCO pada bulan September 2012. Geopark Batur memiliki keunikan jika dibandingkan dengan geopark lain di Indonesia. Gunung Batur memiliki dua kaldera, di mana di dalam kaldera I terbentuk kaldera II. 

Kaldera Gunung Batur ini diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar pada 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Di dalam kaldera II terdapat danau berbentuk bulan sabit, yang dikenal dengan nama Danau Batur. 

Indonesia saat ini telah memiliki dua geopark yang telah masuk dalam GGN, yakni Geopark Batur dan Geopark Gunung Sewu di Jawa Tengah. 

Selain itu, terdapat empat Geopark Nasional, yakni Geopark Nasional Kaldera Toba di Sumatera Utara, Merangin di Jambi, Rinjani di Nusa Tenggara Barat, dan Ciletuh di Jawa Barat. Adapun Geopark Nasional Merangin telah diusulkan untuk dapat masuk dalam GGN. 

Data mengenai geopark yang ada di Indonesia dapat dilihat di Museum Geopark Batur. Museum ini berfungsi sebagai “center of excellence” untuk mendukung pengayaan intelektual, konservasi warisan alam, dan Geopark Nasional di masa datang. 

Sementara itu, Kepala Badan Geologi, Ego Syahrial saat menyambut kunjungan Jonan mengatakan, Museum Geopark Batur diresmikan pada 1 April 2016, menampilkan koleksi yang merepresentasikan tiga pilar geopark, yakni keanekaragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keanekaragaman wujud budaya (cultural diversity). 

Koleksi museum tersebut berjumlah 350 objek dengan dimensi antara 5 centimeter (cm) sampai 250 cm dan berat maksimum 600 kilogram. 

Sepanjang tahun 2016, jumlah pengunjung Museum Geopark Batur telah mencapai 60.000 orang. 

“Ini wajah baru museum di Indonesia yang memadukan alam, kultur, flora-fauna daerah setempat dalam satu kesatuan," kata Ego. 

Dalam kunjungan tersebut, Menteri ESDM bertemu dengan 22 pengamat gunungapi yang bertugas di Gunungapi Batur dan Gunungapi di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 

Jonan menambahkan pengamat gunungapi merupakan garda paling depan Kementerian ESDM di daerah terpencil dan sangat rawan bencana. 

“Ini pekerjaan yang paling mulia karena profesi pengamat gunungapi mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Untuk itu, terima kasih kepada Saudara Pengamat Gunungapi atas dedikasi yang diberikan kepada Bangsa Indonesia,” pungkas Jonan.
 
Dalam kunjungannya, Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar bersama-sama dengan rombongan SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) meninjau kawasan Geopark dan Museum Geopark Batur di Kintamani, Bangli, Bali.