Koperasi Citra Kinaraya Harap Jadi Penyuplai Beras Nasional

:


Oleh Putri, Minggu, 4 Desember 2016 | 20:29 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 326


Jakarta, InfoPublik - Menteri Koperasi UKM AAGN Puspayoga mengunjungi Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah yakni Koperasi Citra Kinaraya.

Sesampainya di sana langsung membuka ruang dialog dan menanyakan tentang kiprah Koperasi Citra Kinaraya. Koperasi Citra Kinaraya berdiri sejak tahun 2011 dengan badan hukum nomor 214/BH/XI.8/III/2011. Kelompok petani yang terhimpun dalam koperasi ini mengembangkan varietas padi dengan berbagai metode seperti persilangan padi lokal dengan padi impor dari Jepang guna mendapatkan padi varietas unggul seperti melati yang memiliki aroma wangi dan pulen.

Usaha beras organik ini dikelola oleh 78 anggota koperasi, sedangkan luas lahan garapan 206 hektar yang tersebar di beberapa kabupaten diantaranya Kendal, Pemalang, Pekalongan, dan Purwokerto. Kapasitas produksi yang masih sedikit terkadang membuat pihak pengurus kewalahan dalam melayani permintaan masyarakat.

Beras organik koperasi ini memiliki empat jenis warna yakni, hitam, merah, melati dan sultan. Harga yang dijual ke pasaran bervariasi antara Rp 13,500 hingga Rp 20,000 per kilogram.

Untuk mendapatkan beras, permintaan terkadang harus sistem inden atau pembeli memesan terlebih dahulu sebelum panen tiba. Jakarta merupakan pasar terbesar beras produk Koperasi Citra Kinaraya selain di daerah Bandung, Bali, Surabaya, Semarang, Kaltim, dan Padang.

Dengan kapasitas produksi 15 ton perbulan, koperasi ini baru bisa melayani pasar dalam negeri dan hasil produksi koperasi ini sudah dikenal luas. Selain karena rutin mengikuti kegiatan pameran, pengurus juga memanfaatkan media sosial.

Hery Sugiartono selaku Ketua Dewan Pembina mengatakan kesulitan permodalan dan keterbatasan alat membuat koperasi ini sulit meningkatkan produksinya. Sekarang modal yang dimiliki baru sebesar Rp 250 juta, idealnya mereka membutuhkan Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar.

Untuk peralatan packaging dan mesin penyedot ketoran masih menggunakan alat sederhana. "Yang dibutuhkan pabrik kita hanya satu jam sekitar 1,2 ton, kalau kita harus kembangkan lebih besar paling tidak kita butuhkan kapasitas 12 ton perjam untuk cover per kebutuhan suplai yang ditanam petani sekitra 1000 hektar, kemudian juga untuk prosesing kita butuhkan beberapa alat," kata Hery Sugiartono.

Lanjut Herry, dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan baik dari sisi bantuan modal, maupun peralatan. Dengan demikian ia berharap suplai beras untuk menambah kuota nasional bisa datang dari Jateng dan tidak lagi menimpor beras.