:
Oleh Amrln, Kamis, 10 November 2016 | 15:44 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 589
Jakarta, InfoPublik - Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan sedikit meningkat dengan disertai harga komoditas yang tidak berubah dan sektor keuangan yang relatif berisiko. Sementara itu, perekonomian Indonesia diprediksi akan tetap kuat dengan posisi fiskal yang lebih baik.
“Pemerintah me-review apa yang sudah dilakukan dan meluruskan yang sudah dikerjakan dan seperti apa kita mengharapkan hasilnya”, ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberikan sambutan dalam Penyampaian Outlook Ekonomi Indonesia 2017, di Jakarta, Kamis (10/11).
Saat ini Indonesia berada pada jalur pertumbuhan ekonomi 5% atau lebih. Pemerintah akan terus fokus pada kebijakan di bidang reformasi fiskal dan reformasi struktural.
Hal ini untuk membangun pondasi menjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas pada tahun2018 dan selanjutnya.
Selain itu, dengan terbatasnya ruang untuk stimulus fiskal, belanja pemerintah yang lebih produktif dan peningkatan investasi sektor swasta menjadi sangat penting.
Darmin menilai, tantangan perekonomian Indonesia pada 2017 lebih pada sisi external ketimbang di dalam negeri sendiri.
“Perekonomian global belum pulih. Kita bisa lihat bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia setiap 3 bulan dikoreksi. Dan dikoreksinya ke bawah terus, Ngga ada koreksi ke atas,” katanya.
Mengutip data Bank Dunia, Darmin menyatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2017 sebesar 3,4 persen. “Kecenderungannya pada bulan-bulan mendatang akan dikoreksi ke bawah,” ujarnya.
Dia menambahkan, perlambatan ekonomi global dipengaruhi 2 hal. Yaitu ketidakpastian kebijakan (policy uncertainty) dan sentivitas pasar (market sensitivity).
Menurutnya, Indonesia juga mendapat pengaruh global dari 2 tantangan tersebut.
Darmin menegaskan, sejumlah reformasi yang dikemas dalam paket kebijakan ekonomi, merupakan upaya pemerintah untuk menekan ketidakpastian kebijakan tersebut.